Wednesday, November 28, 2012

Pertemuan Pendek




image: smashingmagazine.com
 
"Apa kamu tersesat, Nona?"

Perempuan itu mendelik dan bergidik ketakutan. Sekujur tubuhnya basah oleh keringat, lumpur, dan sedikit darah di lengan baju kanannya. Pria itu muncul dari semak-semak. Namun, suara semak-semak dari arah lain mengusik mereka berdua.

"Saya dikejar. Mereka mau menangkap saya." Perempuan itu bangun dan bergegas lari.

"Nona mau kemana?" teriak si Pemuda.

"Tidak tahu. Menjauh dari mereka!"

Si Pemuda mengejar perempuan yang ia panggil Nona. Sampai tiba di ladang jagung, mereka berhenti dan mengambil napas panjang-panjang. Mereka kelelahan.

"Kamu mau kemana, Nona?" tanya si Pemuda jengkel.

"Kenapa kamu mengikuti saya? Yang penting saya lari agar mereka tidak menangkap saya. Saya tidak mau dijodohkan. Saya tidak mau menikah dengan pria yang sama sekali tidak saya cintai!"

"Hah? Kenapa?" si Pemuda kebingungan.

"Karena hidup saya hanya untuk Krisna. Saya harus ketemu Krisna sekarang."

Pria itu terus membujuk si Nona pulang. Nona meronta menolak. Nona balik memaksa pria itu untuk terus berjalan. Ketika Nona mengatakan dimana Krisna tinggal, pria itu tersentak dan menolak mengantar.

"Tidak! Tidak mungkin. Di kampung itu, semuanya sudah mati!"

Makin histeris si Nona mendengar perkataan si Pemuda. Nona berlari sambil si Pemuda mengejarnya. Matahari sudah hampir terbenam. Si Pemuda akhirnya mengantar Nona yang syok bukan kepalang ke tempat si Nona mau.

Benar, setiba mereka di sana kampung itu sudah habis. Yang tersisa hanya runtuhan bangunan, pakaian yang berserakan di tanah, dan abu dari sisa-sisa rumah yang terbakar.

Nona terdiam lalu memandang ke empat penjuru mata angin. Si Pemuda melihat si Nona menatap nanar ke arah selatan. Dalam hitungan detik yang lambat, Nona berlari ke tebing. Selang hitungan detik yang cepat, pria itu tinggal sendiri di kampung yang teronggok sepi.

2 comments: