Saturday, December 25, 2010

Pagi-pagi Buta Main ke Imigrasi #CuapCuap 2

Di #CuapCuap 1, persiapan dokumen sangat penting karena menjadi permasalahan utama yang menentukan lolos atau tidaknya kita ke tahap selanjutnya.

Di #CuapCuap 2 ini, saatnya untuk pergi ke Kanim. Kalau saya yang berdomisili di Jakarta Pusat, saya memilih di Kanim Kemayoran, Jl. Merpati no.2. Walau sebenarnya di Kanim mana saja kita bisa asal di pilihan aplikasi online, kita tentukan dulu Kanim yang kita mau.

Friday, December 24, 2010

Pagi Buta Main-main ke Imigrasi -Siapkan Dokumen Kependudukan#CuapCuap 1



Selama sebulan ini, urusan pribadi yang saya targetkan adalah membuat paspor! Bukan, bukan. Saya belum melamar menjadi TKI (kenapa TKI konotasinya selalu "budak" ya?), tapi saya percaya pada masa depan yang baik dan tahi lalat di jempol kaki kanan saya yang akan membawa saya melanglang buana (masih ingat dengan Vena Annisa? Penyiar top Radio Prambors itu juga punya tahi lalat di kakinya dan dia memang hobi jalan2 juga *ngasal*). Tapi, cita-cita luhur saya tetap Keliling Indonesia, kok. The dangerously beautiful country.

Kenapa saya selalu tergelitik untuk mencicipi segala macam bentuk urusan tetek bengek kependudukan dan data identitas diri akhir-akhir ini? Entahlah. Saya penasaran. Sekaligus biar bisa langsung damprat petugas-petugas yang "tunduk" banget sama falsafah: Kalo bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah?

Wednesday, December 8, 2010

No Adios, Amigos!




Haduuuhhh..kangennya dengan blog-ku. Tak tahu mau menulis apa karena setahun belakangan ini:

1. Saya jadi malas membaca buku sampai tuntas dan meresapi isinya
2. Saya jarang menonton TV
3. Saya sudah tak sesering dulu berdiskusi dengan banyak orang
4. Saya terbenam dalam kosakata seputar asuransi (yang belum tentu saya pahami seratus
    persen)
5. Saya kangen berkata, "Besok, ya. Siang ini gue ada liputan."
6. Hypersomnia saya semakin menjadi-jadi
7. Saya tak kuat lagi keluyuran sampai tengah malam menghadiri sebuah event seni gratisan

Thursday, July 15, 2010

You Live, You Learn.

Asyyiiikkk..akhirnya cuti dua hari. Nikmatilah sebelum pekerjaan menumpuk menanti. Hahaha. Rasanya senang sekali berada di rumah. Bisa tidur larut malam, bangun siang, nonton TV, buka fesbuk, tidur siang lagi, telepon-teleponan dengan Mas Tatu, dan ketawa-ketiwi di rumah bersama Opi.

Tapi, sebenarnya dalam pikiran menyimpan juga yang namanya keantusiasmean. Atau apalah diantara sedikit cemas tapi lebih banyak antusiasnya. Aku akan menjemput masa depan dengan satu langkah yang lebih tinggi lagi. Tak jarang, hal ini membuatku takut. Tapi, apa gunanya? Toh waktu akan terus berjalan.


Saturday, May 1, 2010

Switzerland



Ini sampel beberapa kostum untuk print ad Kompas & Femina, penghargaan agen asuransi PT Commonwealth Life















Sunday, March 28, 2010

Hanya Cinta Yang Sejukkan Dunia

 

Saya sukaaaaa sekali film2 yang menguras air mata. Mungkin salah satu alasannya agar saya bisa menangis di depan orang lain tanpa berkesan cengeng (karena ada alasan kuat: menonton film yang ceritanya menyentuh. Hehehe). Jadi, Titanic, P.S I Love You, Serendipity, sampai film Up! yang film kartun, saya bilang itu film romantis dan sempat bikin mata saya berkaca-kaca. Tokoh si Kakek yang berusaha mewujudkan impian mendiang istrinya, benar-benar disusun dengan lucu tapi "miris". Up! is a great romantic movie.

Saya skeptis saja selama ini cerita pengorbanan tentang cinta itu hanya ada di film fiksi. Tapi, seiring bertambahnya usia, teman, pengalaman hidup, cerita kerabat, saya mengamini bahwa cinta bisa mengubah dan menguatkan.

Salah satunya saya paling suka kisah perjuangan seorang perempuan yang mengidap kanker dan berhasil survive sampai akhirnya ia menemukan cinta sejati di tengah-tengah perjuangannya melawan penyakit itu. The love is seems like a fairy-tale with happy ending story. Saya sampai enggak bisa menceritakan kembali kisah Dinda tersebut saking emosionalnya setiap membaca kisah hidupnya yang sempat dimuat di Majalah Femina.

Sampai akhirnya, saya membaca informasi dari Majalah Femina setahun kemudian bahwa sang suami sudah dipanggil terlebih dahulu menghadap Yang Maha Kuasa. Terbayang bagaimana sedihnya Dinda ditinggal belahan jiwanya. Tapi, saya yakin Dinda mampu bertahan karena ia tahu sang suami tetap ingin melihat Dinda berjuang dan tidak menyerah pada nasib di dunia.

Saya yakin masih banyak lagi kisah mengharukan dua insan yang makin membuat kita menghargai bahwa kesetiaan dan pengorbanan atas nama cinta masih ada. Hahahahaa. Gila ya, jadi sentimentil begini.

Seperti yang dinyanyikan Ari Lasso dalam lagu Cukup Siti Nurbaya milik Dewa 19:

"Hanya cinta yang sejukkan dunia."


Cempaka Putih,
29 Maret 2010
Menunggu Ernestito datang ke rumah....

for further Dinda's story, check out this link:

http://www.femina-online.com/issue/issue_detail.asp?id=584&cid=1&views=28
 

Sunday, February 28, 2010

LoveFool

 

Iseng saya buka arsip2 lama untuk membereskan rak buku yang sudah berantakan banget.Eh, terselip kertas kecil ini yang ternyata..Olalaa...tak menyangka saya pernah buat puisi semacam ini!!!

Hmm....kalau diingat-ingat, sepertinya saya menulisnya saat boring di dalam kelas (karena saya menulisnya di kertas file). LOveFoOL!

Jika Malam Nanti Ia Kembali

Akan ku katakan padanya
Betapa hidup bisa begitu menggetirkan
Bahwa hanya kabar tentangnyalah
Yang bisa menggetarkan
Semburat senja bagiku seperti gula-gula berwarna jingga
Karena pertanda malam akan tiba
Dan aku akan melihat dia...
Akan kukatakan padanya
Bahwa rindu tak jauh beda menyiksa

Saturday, February 27, 2010

The Naked Traveler

http://naked-traveler.com/
one of my favorite books and i am jealous on her coz she's got my dream job already: travel writer :) Very recommended!

Friday, February 26, 2010

Back To School (Yiippiiieee...!)

Di kelas Metode Penelitian Kuantitatif bersama Ir. Enisar Sangun, Ph.D




Di bawah ini saat kuliah pengganti Statistik Dalam Penelitian Sosial bersama Dr. Mei Darmawiredja
Kalau dibawah ini memang pada dasarnya kita2 narsis semua (heheee...)
"Kuliah lagi nih ceritanya?"
Ya. Back to school adalah judul yang tepat dalam hidup saya mulai Oktober 2009. Setelah berdiskusi dengan keluarga dan orang terdekat saya, akhirnya saya membulatkan tekad untuk berkomitmen belajar selama dua tahun ke depan menempuh gelar S2 di bidang ilmu komunikasi (again?? hahaaa..coz that is my core).

"Ga capek, lo, Del?"
Hmmm...tak perlu dijawab panjang lebar kali ya karena biasanya saya hanya tersenyum ketika seorang teman bertanya seperti itu. Saya anggap pertanyaan itu sebagai bentuk kepedulian mereka karena tanpa jawaban gamblang, pasti mereka sudah tahu kalau bekerja sambil kuliah itu benar2 menyita waktu, tenaga, dan pikiran.

"Emang kuliah dimana?"
Tercatat sebagai mahasiswa S2 Magister Ilmu Komunikasi Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama), Jakarta, tugas-tugas yang saya temui ternyata buuaannnyyaaaakk tenaann! Tapi untunglah banyak kolega yang membantu (heheee..thanks, Teman2!) dan dukungan dari keluarga dan pacar yang tiada duanya. Tentunya bos dan supervisor di kantor yang juga maklum kalau saya "kabur" duluan jam 5 teng!

"Susah enggak, sih?"
Segala macam rumor kalau lulusnya susah, tugas yang melimpah, tenaga dikuras seperti sapi perah, itu semua berusaha saya lihat sebagai tantangan. Untuk yang satu ini, saya terus belajar untuk mengatur syaraf2 di otak kalau semua badai pasti akan berlalu. *Tssaaaahhh...*

"Ngapain aja, Del?"
Kuliah seperti kuliah pada umumnya, tapi memang lebih banyak berkutat pada teori dan sudah lebih spesifik dan fokus mempersiapkan mau angkat penelitian (tesis) apa. Analisis kasus dan segudang paper pastinya siap menanti. Jedddeerrr! Masih belum punya ide nih mau angkat tentang permasalahan apa buat tesis. 

"Ada penjurusannya gak?"
Sama dengan S1-nya penjurusan nanti, ada jurnalistik, periklanan, dan humas (corporate PR). Tapi, saya kok lagi2 belum bisa memastikan penjurusan yang saya ambil apa yah *garuk-garuk kepala*

Sebagian pertanyaan yang sering dilontarkan para sahabat tersebut jadi semacam pengingat buat saya agar terus semangat belajar. Ga munafik sih, beasiswa yang saya dapat dari S1 sebelumnya jadi magnet terbesar agar saya bisa punya gelar master ini. Tapi, saya coba memandang lebih jauh karena saya yakin ilmu yang saya punya ini akan bermanfaat di kemudian hari, setidaknya untuk saya sendiri dulu.

Mentang-mentang S2, ga usah mikir bakal dapat gaji gede dulu kali yeee karena dari artikel pengembangan karyawan juga banyak menyebutkan kalau perusahaan kebanyakan lebih senang melihat track record dan pengalaman kerja si pelamar dibanding sekadar gelar S2. Makanya, saya juga jor-joran dan belajar untuk jadi lebih tangguh, terus bekerja sambil kuliah, pun belajar menguasai lingkup kerja, metodologi, mekanisme sistem (dan networking tentunya)

No pain no gain.




..............ngomong-ngomong, semoga semester 1 ini lulus deh ya (rada cemas juga nunggu hasil nilai semester awal
)


Friday, February 12, 2010

Ujung-ujungnya Dengan Bonek Juga!




Saya tidak suka sepakbola, namun saya tidak membenci sepakbola. Mau bangkit ya syukur, mau hancur ya sudah. Di garis keturunan keluarga (saya percaya dengan kehebatan DNA), tak ada pria ataupun wanita yang menggilai sepakbola. Tapi orang yang ada di foto atas itu, bola terus menggelinding di setiap fase hidupnya. Semua hal di dunia ini sampai zat atom alam semesta pun diasosiasikan dengan sepakbola. Ya, itulah hidupnya. His passion til the last forever...

Bicara soal passion, apa yah hal yang bikin saya tergila2? Saya tidak punya warna favorit, walau suka ungu, saya juga suka warna merah, hitam, indigo, tosca, fuschia. Soal musik, dari The Moffatts sampai Van Halen saya dengarkan. Dari Nunung cs sampai Dewi-dewi juga. Apalagi soal sepakbola. Nol besar kecuali istilah kiper yang saya tahu pasti artinya penjaga gawang

Maka, ketika saya membuka diri untuk mau mengenal dia, seperti kepala dan buntut. Beda! Oh ya, dia seorang propagandis sementara saya orang yang apatis. Dia dengan kadar emosi di atas rata-rata, saya dengan setelan emosi yang dibawah rata-rata. Dia yang sebal dengan perangai orang Jakarta, tapi hey! Saya lahir, besar, dan terdidik di antara orang-orang Jakarta.

Lucu. Dia bercita-cita ingin jadi pemain bola. Tak kesampaian, akhirnya menulis tentang bola. Ah, ya! Menulis. Aktivitas yang satu itu mungkin bisa jadi hal yang membuat kami berdua tersambung. Kami juga suka membaca. Saya menyukai orang yang menghargai orang lain seperti dia menghargai buku-buku miliknya. Satu lagi, dia menyebut dirinya Bonek, seorang pendukung Persebaya dan mencintai sepakbola negeri ini. Seperti prejudice pada para Bonek, ya, super rebel. Hahahaa, oh, Tuhan, saya seperti punya partner in crime yang bisa menantang dunia sama-sama. Tapi, bukan itu alasan utama kenapa saya menerima gandengan tangannya. Sampai sekarang, saya juga tidak tahu kenapa. Dipeletkah?


Cempaka Putih
12 Februari 2010
Menanti kabar seru dari Sydney

 


Sunday, January 31, 2010

23 : What i have done & Where i am now....

Januari. 28

Angka itu lama-lama menjadi angka yang maknanya tergerus oleh kesibukan pikiran dan aktivitas yang kita biasa sebut : orang dewasa. Tak jarang, saat ulang tahun yang semasa kita kecil menjadi hari yang sangat istimewa (karena dirayakan di sekolah atau di rumah bersama teman2 segambreng), kini saya merasa tanggal itu hampir sama seperti tanggal-tanggal sibuk lainnya.

Tapi Alhamdulillah... puji syukur bahwa saya masih bisa memiliki orang-orang yang saya sayangi. Apalah artinya semakin lama berada di dunia namun kita tidak punya arti bagi orang-orang yang berada di sekeliling kita (baca: orang2 itu yang kita sayang).

Satu tanggung jawab tetap berada di setiap diri manusia kala ia bertambah usia: Apa yang sudah saya lakukan? Sudah ada dimana saya sekarang?

Dan saya masih merasa menjadi debu yang hanya bisa mengotori rak-rak buku di lemari. Saya yang kecil dan dianggap kotor, dan buku-buku itu adalah sosok besar isi alam semesta yang saya "hinggapi". Saya merasa belum melakukan apa-apa, dalam konteks sebagai seorang manusia yang memuja Tuhan, saya merasa masih jauh dengan Tuhan dan sering menengok ke sebelah kiri ketika ada godaan memanggil saya untuk menjauh dari-Nya.

Sudah ada dimana saya sekarang? Saya bersyukur saya masih ada di sini bersama orang-orang yang saya cintai melangkah tertatih menjalani hidup dari waktu ke waktu.
Ya, seharusnya saya menjadi orang yang tetap menunduk dan bersyukur bahwa apa yang sudah saya punya sekarang merupakan hal terbaik yang diberikan Allah dan ini semua merupakan amanat dan titipan belaka.

Maka, saya butuh kamu. Butuh kalian untuk saling mengingatkan. Bukan demi surga atau neraka, tapi demi ketenteraman hati, demi sebuah ketulusan karena hidup ini harus dinikmati dan disyukuri.....

Alhamdulillahi rabbil 'alamiin...

P.S: Untuk keluarga, sahabat, dan satu estu yang saya sayang....You're All That i Have.

Terima kasih untuk kelima anggota manis manja grup. Dipta, happy birthday, too, Mas Pras (Eka's spouse), Ruri, Bang Muzal, Sara, dan Bang Eddo.
Juga untuk teman-temanku yang tak sempat datang ke warung pasta. Kapan-kapan kita pasti kumpul lagi!