Friday, February 12, 2010

Ujung-ujungnya Dengan Bonek Juga!




Saya tidak suka sepakbola, namun saya tidak membenci sepakbola. Mau bangkit ya syukur, mau hancur ya sudah. Di garis keturunan keluarga (saya percaya dengan kehebatan DNA), tak ada pria ataupun wanita yang menggilai sepakbola. Tapi orang yang ada di foto atas itu, bola terus menggelinding di setiap fase hidupnya. Semua hal di dunia ini sampai zat atom alam semesta pun diasosiasikan dengan sepakbola. Ya, itulah hidupnya. His passion til the last forever...

Bicara soal passion, apa yah hal yang bikin saya tergila2? Saya tidak punya warna favorit, walau suka ungu, saya juga suka warna merah, hitam, indigo, tosca, fuschia. Soal musik, dari The Moffatts sampai Van Halen saya dengarkan. Dari Nunung cs sampai Dewi-dewi juga. Apalagi soal sepakbola. Nol besar kecuali istilah kiper yang saya tahu pasti artinya penjaga gawang

Maka, ketika saya membuka diri untuk mau mengenal dia, seperti kepala dan buntut. Beda! Oh ya, dia seorang propagandis sementara saya orang yang apatis. Dia dengan kadar emosi di atas rata-rata, saya dengan setelan emosi yang dibawah rata-rata. Dia yang sebal dengan perangai orang Jakarta, tapi hey! Saya lahir, besar, dan terdidik di antara orang-orang Jakarta.

Lucu. Dia bercita-cita ingin jadi pemain bola. Tak kesampaian, akhirnya menulis tentang bola. Ah, ya! Menulis. Aktivitas yang satu itu mungkin bisa jadi hal yang membuat kami berdua tersambung. Kami juga suka membaca. Saya menyukai orang yang menghargai orang lain seperti dia menghargai buku-buku miliknya. Satu lagi, dia menyebut dirinya Bonek, seorang pendukung Persebaya dan mencintai sepakbola negeri ini. Seperti prejudice pada para Bonek, ya, super rebel. Hahahaa, oh, Tuhan, saya seperti punya partner in crime yang bisa menantang dunia sama-sama. Tapi, bukan itu alasan utama kenapa saya menerima gandengan tangannya. Sampai sekarang, saya juga tidak tahu kenapa. Dipeletkah?


Cempaka Putih
12 Februari 2010
Menanti kabar seru dari Sydney

 


No comments:

Post a Comment