Mereka ini adalah anggota United Kingdom Youth Parliament (UKYP). Biar masih berusia muda, 11-18 tahun, mereka ini ternyata sudah menjalankan fungsi sebagai wakil rakyat. Tapi, berkat peran mereka jadi wakil rakyat, mereka berhasil menggolkan salah satu program mereka, yaitu bebas pungutan ongkos bus. Menarik? Pasti. Nah, mereka berempat yang datang atas undangan British Council dan dan didukung oleh Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) serta Komite Anti Kekerasan (KAK) ini nih yang bakal berbagi pengalaman dengan kita-kita.
Ceritanya berawal dari adanya Youth Parliament Inggris (UKYP) atau Parlemen Muda. Seperti namanya, anggota parlemen ini memang anak-anak muda dan mereka juga mewakili anak muda seusia mereka. Anggota UKYP yang ada di Inggris, menurut Alex Sarrow, jumlahnya ada 400 orang. Mereka berasal dari berbagai wilayah di Inggris. Gimana ceritanya sampai mereka bisa menggolkan program bebas ongkos bus, Alex, yang merupakan salah seorang anggota UKYP yang termuda, berkisah.
Kata cowok yang menjadi wakil dari Kota Glouchestreshire, sebelum duduk sebagai anggota UKYP, pelajar Cirencester College ini sangat merasa terganggu dengan tarif bus. Soalnya, tarif bus untuk pelajar dipatok sama dengan tarif untuk orang dewasa. `'Ini tidak adil. Seharusnya ada tarif khusus atau bus khusus untuk pelajar,'' ujar Alex. Soal tarif bus ini akhirnya menjadi isu yang diangkat Alex sebagai tema kampanyenya.
Jadi, kalau mau menjadi anggota UKYP, Alex maupun anak muda lainnya diwajibkan mengangkat isu tertentu untuk kampanye mereka. Dari isu yang mereka lontarkan itulah nantinya para anak muda memilihnya untuk kemudian menjadi wakil daerahnya yang duduk di UKYP. Kampanye ala Parlemen Muda Inggris ini memang beda dengan kampanye yang biasa dilakukan seperti di Indonesia. Meski melontarkan isu, mereka tidak perlu mengungkap jati dirinya, sehingga para pemilih sebetulnya tidak memilih orang. Statement yang mengangkat isu tertentu dan memperoleh suara terbanyaklah yang akhirnya bisa duduk sebagai wakil di Parlemen Muda Inggris ini.
Ternyata, isu yang dilontarkan Alex menarik perhatian remaja sono. Sebelum aturan tersebut digolkan pemerintah Inggris, para anggota Parlemen Muda ini harus mengumpulkan 15 ribu tanda tangan anak muda yang kemudian ditunjukkan kepada PM Inggris Tony Blair. Setelah itu, `'Mereka kemudian mendapat pengakuan pemerintah dan berlaku di dua daerah,'' ujar Mona Monica, manajer public relations British Council.
Selain Glouchestreshire, aturan tentang bebasnya pelajar dari ongkos angkutan bus juga telah berlaku di London. Alex sendiri berharap, aturan tentang bus gratis itu bukan hanya berlaku di Glouchestreshire dan London saja. `'Kita sedang berjuang agar semua wilayah di Inggris Raya pelajarnya tidak perlu membayar tarif bus,'' ujar Alex.
Selain bus gratis, isu lain yang sedang diperjuangkan anggota UKYP adalah hak memilih untuk anak usia 16 tahun, pelarangan intimidasi melalui internet, dan beberapa isu lain terkait persoalan remaja. Hak memilih untuk anak usia 16 tahun ini sedang giat-giatnya mereka kampanyekan dan perjuangkan, karena Pemilu di Inggris Raya sudah akan berlangsung beberapa bulan lagi.
Sedangkan untuk larangan melakukan intimidasi melalui internet, saat ini juga sedang dipikirkan anggota UKYP. Kata Alex, anak muda di Inggris banyak yang menggunakan internet maupun fasilitas SMS di telepon seluler untuk mencaci-maki, mengeluarkan hujatan, maupun intimidasi yang sangat kasar kepada orang-orang yang tidak disenangi. Karena itu, UKYP sedang menggodok sebuah sistem atau aturan main agar hal seperti itu bisa dikurangi atau ditiadakan sama sekali.
Kehadiran UKYP ini memang melengkapi kerja anggota Parlemen Inggris Raya. Kehadiran mereka diakui oleh pemerintah Inggris, bahkan mendapat dukungan dana dari Pemerintah Inggris. Namun, lahirnya sebuah keputusan, selalu dijalankan mulai dari kawasan terkecil hingga ke tingkat lebih besar hingga akhirnya disetujui pemerintah. `'Jadi, mereka ini ibarat perpanjangan tangan pemerintah yang terorganisasi dengan baik,'' ujar Mona.
Ketika berkunjung ke Indonesia dan sempat berdialog dengan sejumlah teman-teman kita yang sebagian besar pelajar SMU, remaja Inggris ini sempat juga memberikan solusi tentang perkelahian pelajar. Soal itu, Alicia yang juga anggota UKYP mengajukan usul. Caranya, setiap sekolah dianjurkan membentuk satu tim olahraga di mana dalam tim tersebut berbaur semua sekolah. `'Jadi, bukan tim sekolah A melawan sekolah B, tapi dalam satu tim A dari dua sekolah melawan satu tim B yang anggotanya juga dari dua sekolah. Itulah pembaurannya,'' ujar Alicia.
Hmm, boleh juga...
No comments:
Post a Comment