Oke, mau cari apa di Jakarta, Pak, Bu? Mau makan yang enak-enak? Jangan khawatir. Di Jakarta ini mau makan 3 M (murah, meriah, mencret), bisa. Mau makan mewah ala carte atau apalah itu namanya yang kebarat-baratan, juga tersedia. Makan di Jakarta itu murah dan enak bisa kita nikmati. Tidak seperti di London. Mau makan malam saja menghabiskan nominal poundsterling begitu banyak. Biaya makan malam memang London paling mahal disbanding negara lain. Di Jakarta, tidak usah bingung. Mau makan di pinggir jalan yang piringnya hanya dicuci dalam satu ember tanpa sabun atau makan di restoran mewah dengan table manner? Terserah pilihan anda (dan isi dompet anda tentunya).
Selanjutnya, masih seputar kota Jakarta yang bisa anda nikmati berbagai keunikan ragam budayanya. Museum Sejarah Jakarta yang dulu adalah gedung pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda sampai cagar budaya Betawi di Setu Babakan. Dan jangan lupa mampir ke Kota Tua, “tempat pengasingan diri” buat yang lagi sumpek dengan modernisasi. Atau Ancol, Taman Mini, sampai Bliss, you name it, you got it!
Sampai ke tempat “WC Dadakan di Jalanan” ada juga di Jakarta. Ketidaktertiban penduduk Jakarta memang menjadi salah satu persoalan yang “menggemaskan” di Jakarta. Salah satunya adalah kawasan-kawasan ramai. Lihat dalam konteks tempat ramai yang menjadi pusat transportasi pada khususnya. Ada benang merah antara:
1. Terminal bis Senen
2. Pangkalan bajaj samping Gedung Sarinah
3. Pojok-pojok terminal bis Pulo Gadung, dan
4. Tempat-tempat mangkal angkot lainnya.
Bukan. Bukan polusi, bukan juga copet, atau pengamen. Ada aroma khas menguap dari aspal yang menjadi alas tempat-tempat tersebut,…ehm.., uhuk-uhuk, bau pesing..! Yang pertama terlintas di benak kita adalah pasti banyak yang pipis sembarangan di sini. Dan mereka itu..ups, para lelaki. Di sini mengindikasikan bahwa: ada kemalasan untuk menjaga kebersihan, atau ada minimnya fasilitas kebersihan di kota (sebesar) Jakarta.
Kedisiplinan memang menjadi salah satu akar yang tidak diterapkan pada diri penduduknya. Disiplin bersih masih sangat jauh dari harapan. Ambil generalisasi bahwa Jakarta kota yang kotor. Dibalik gedung-gedung pencakar langit yang kinclong, dibelakangnya ada tumpukan sampah dan bau pesing, bau amoniak penduduknya sendiri. Tidak perlu saling menyalahkan. Pemerintah yang tidak peduli dengan soal kebersihan atau penduduk yang tidak bisa menjaga kebersihan lingkungannya. Kita mulai dari diri sendiri saja. Soalnya kasihan Jakarta… Dia pusing lihat dirinya yang kotor. Tak apa menjadi orang sok bersih. Memang Jakarta kotor, lantas kenapa?
No comments:
Post a Comment