Tuesday, December 30, 2008

Tapol


Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Ngarto Februana
This book was totally emotional! the setting was about Gestapu '65. I read this by Mas Tatu's recomendation (thank's, Hon...). He said that this was a romantic book. What?! I thought this book was only 'kiri' issue. (indonesian called communist is 'kiri'). I spent only 4 hours. Because the book is only 170's pages.I could read hundred pages of books. hehe.

The interesting parts are Ngarto was on the right rail to tell us about Indonesia Communist Party in 60's. He took some references about its history and mixed it into his story, tell us about Gestapu's victim and how they survive in 20 years later. It was great. To you, fiction readers, this one is recommended. This book is light, u can get the point without complication.

FYI, Indonesia Communist Party was about the giants of this Republic. Soekarno (his Nasakom), Soeharto (and his hell soldiers), and student movements. Then, Ngarto could combine three elements became a sentimental fiction. Can u imagine when u're innocent but this government injustice to u as their people however? And the government can destroy all side of ur life? The tragedy of Gestapu is an unforgiven sin in this Republic!

Friday, December 26, 2008

KOLASE NOSTALGIA





Kenapa saya sangat suka foto-foto?

Simpel saja.

Saya masih ingin terus mengingat masa lalu baik senang maupun susah.

Foto-foto ini AKAN menjadi selimut untuk menghangatkan saya di masa-masa manula...

Tuesday, December 9, 2008

A Cat In My Eyes, Karena Bertanya Tak Membuatmu Berdosa


Rating:★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Fahd Djibran
Guru yang baik pasti selalu mengajak murid-murid di kelasnya untuk selalu bertanya. Orangtua yang baik akan menanyakan sesuatu untuk meyakinkan mereka sendiri kalau anaknya baik-baik saja. Teman yang baik selalu menanyakan apa kita butuh bantuannya di kala kita sedang sedih. See, berarti bertanya itu tidak membuat seseorang menjadi abnormal karena bertanya itu (sungguh) tak membuatmu berdosa.

Premis itu yang menggerakkan Fahd Djibran menulis berbagai macam pertanyaan (yang tak seluruhnya bisa terjawab) ke dalam prosa, puisi, sketsa, dan cerita pendek yang terangkum dalam sebuah buku.

Judulnya sangat representatif dengan isi bukunya yang sekilas ‘ringan’ tapi ternyata bisa bikin kedua ujung alis kita bertemu juga. A Cat In My Eyes. Kucing di dalam mataku? Secara harafiah memang sedikit membingungkan. Tapi coba perhatikan hewan yang menjadi inspirasi Fahd ini; matanya tajam, selalu awas, dan curious. Dan Fahd pun sangat tepat mengumpamakan isi buku ini dengan mata kucing itu.

Penulis yang juga pendukung Persib ini mampu menenggelamkan pembaca sehingga pembaca tersadar akan segala pertanyaan yang dalam kehidupan sehari-hari terkesan biasa saja.

Walau kita yang membaca kebanyakan ikut merenungi sesuatu dan tidak mendapat jawaban secara gamblang, Fahd membebaskan diri kita sendiri untuk menemukan jawaban yang sesuai dengan kadar pengetahuan dan keimanan kita.

Coba baca bab “Pertem(p)u(r)an Dengan Tuhan”. Sisi spiritual Fahd membuat kita terharu sehingga kita berkaca pada diri sendiri kapan terakhir kali kita berjibaku dengan Tuhan.

Tapi, Fahd juga bisa ‘jahil’ dalam merangkai dan menentukan ending ceritanya. Saat kita membaca judul “Matamu Yang Sepi” dan membaca tiap alinea ceritanya, kata-kata yang tertulis sangat romantis bak pria sedang kasmaran. Tapi, kita sebagai pembaca akan ‘nyengir’ dan merasa sedikit ditipu Fahd kalau membaca bab ini sampai habis.

Atau buat para cewek, membaca bab yang berjudul “Cantik”, akan membayangkan perlakuan manis cowok kita saat mereka bilang kalau kita ini perempuan miliknya yang paling cantik sedunia. Hmmm…

Ke-27 bab tulisan Fahd ini memiliki benang merah meski cerita antara bab satu dan bab lain belum tentu sama. Kita seperti membaca curhatnya Fahd dalam hal hidup, perasaan cinta yang universal, kemisteriusan waktu, sampai keyakinannya pada Tuhan.

Latar cerita dari kehidupan sehari-hari menjadi kunci agar pembaca dapat dengan mudah memahami maksud dan pertanyaan Fahd yang banyak banget (siap-siap deh, ada banyak tanda tanya pada buku ini).

Namun, ritme keseluruhan cerita yang hampir serupa bisa jadi membuat pembaca harus tarik napas sebentar atau lanjut membuka halaman selanjutnya beberapa saat kemudian. Kata-kata dalam buku ini membuat kita berpikir, sih.

Untungnya, font dan grafis yang dipakai cukup simpel sehingga tidak bikin mata kicer. Eh, masih ingat buku yang berjudul Dunia Sophie? A Cat In My Eyes bisa dibilang satu tipikal dengan buku filsafat itu. Atau Filosofi Kopi karya Dee? Konsepnya memang agak mirip. Tapi, buku ini hadir dengan versi Fahd sendiri, tentunya. Dan Fahd masih punya banyak waktu untuk bereksplorasi sehingga bisa menelurkan karya-karya lain yang juga cerdas.

Saturday, November 22, 2008

Pentul Tembem & Kinyis Kinyis




Yang satu, maniak sepak bola. Yang satu lagi, bengong sepak bola.
Yang satu, pedenya setengah mati. Yang satu lagi, ngeyelnya setengah mati.
Yang satu, Bonek. Yang satu lagi, (ngakunya) JakAngel.
Yang satu, suka kemping. Yang satu lagi, benci emping.
Yang satu, doyan keju. Yang satu lagi, demen garangasem.
Keduanya sama2 sering berbicara sarkas.
Keduanya maniak buku.
Keduanya sama2 norak.
Keduanya tak punya hewan peliharaan.

Next destination : Tanjung Puting & Pantai Pink NTT *ngareeeppp...*

Wednesday, October 15, 2008

Penting Itu Relatif

Bagi Anda sesuatu kurang penting, bagi saya justru bisa menjadi penting. Makanya judul yang tepat untuk tulisan saya saat ini.

Saya pernah baca di kaus salah seorang gadis bule di Museum Nasional.
"My friends will become nothing,
 My foes will become nothing,
 Me, will become nothing
 And then, all will become nothing" -Dalai Lama

Kurang lebih begitu inti pesan dari tulisan grafis di kaus gadis berambut kuncir kuda yang sedang berdiri di depan saya.

Ah. Nihilisme? Hmm..entah saya belum tahu. Ketika saya menulis ini, saya belum mengecek lebih jauh 'aliran' Dalai Lama dan Dalai Lama yang mana. Tapi, bisa jadi mengupas tentang kedamaian. Iyalah, manusia sudah sampai pada tahap 'advanced' jika dia bisa menerima semua dengan sangat ikhlas dan legowo. Apapun!

Yaa..karena semuanya ada awal. Dan awal itu, kita yang hanya manusia, akan selesai. Sekarang saya tak ingin bermetafora. Sekarang saya malas bersuperlatif ria. Ketika saya sedih, kamu tak perlu tahu seberapa deras air mata saya. Ketika saya bahagia, kamu tidak usah repot ikut tertawa bersama saya.

Seperti hari ini.

Saya datang memberi senyum kepada teman-teman yang jadi wisudawan.

Hahaha. Terkesan tidak ikhlas ya saya memberi mereka ucapan selamat?

Saya hanya sedih. Bukan iri. Denotasi 'sedih'. Seharusnya hari ini saya juga sama seperti mereka . Bersama mama papa tentunya.

Lucu.

Kenyataan mendesak masuk dan saya harus terima apa yang ada sekarang.

Jadi, kenapa saya harus sedih terus? Cengeng! Semua 'kan akan ada waktunya.

Saya memang berkali-kali ditegur Tuhan karena sombong. Semoga 1429 H / 2008 dan seterusnya saya bisa menjadi perempuan sederhana. Kalau bisa, plus mengenyangkan batin orang.

Satu kata buat kamu, Adel: Cengeng!



Tuesday, September 9, 2008

JOB HUNTER ERA SATU ABAD LAMPAU

Dikutip dari milis sahabatmuseum@yahoogroups.com.

Membayangkan saya hidup sekitar 100 tahun yg lalu sebagai pencari kerja dan membaca pengumuman yang seperti ini:

PENGOEMOEMAN !!!
DAG INLANDER,... ..HAJOO URANG MELAJOE,...KOWE MAHU KERDJA???
GOVERNEMENT NEDERLANDSCH INDIE PERLU KOWE OENTOEK DJADI BOEDAK
ATAOE TJENTENK DI PERKEBOENAN- PERKEBOENAN ONDERNEMING KEPOENJAAN

GOVERNEMENT NEDERLANDSCH INDIE DJIKA KOWE POENYA SJARAT DAN NJALI BERIKOET:

1. Kowe poenja tangan koeat dan beroerat
2. Kowe poenja njali gede
3. Kowe poenja moeka kasar
4. Kowe poenja tinggal di wilajah Nederlandsch Indie
5. Kowe boekan kerabat dekat pemberontak- pemberontak ataoepoen maling ataoepoen mereka jang soedah diberantas liwat actie politioneel.
6. Kowe beloem djadi boedak nederlander ataoepoen ondernemer ataoe toean tanah ataoe baron eropah.
7. Kowe maoe bekerdja radjin dan netjes.

KOWE INLANDER PERLOE DATANG KE RAWA SENAJAN DISANA KOWE HAROES DIPILIH LIWAT DJOERI-DJOERI JANG BERTOEGAS :

1. Keliling rawa Senajan 3 kali
2. Angkat badan liwat 30 kali
3. Angkat peroet liwat 30 kali

Kowe mesti ketemoe Mevrouw Shanti, Meneer Tomo en Meneer Atmadjaja
Kowe nanti akan didjadikan tjentenk oentoek di Toba, Buleleng, Borneo, Tanamera, Batam, Soerabaja,Batavia en Riaoeeiland.
Governement Nederlandsch Indie memberi oepah :

1. Makan 3 kali perhari dengan beras poetih dari Bangil
2. Istirahat siang 1 uur.
3.Oepah dipotong padjak Governement 40 percent oentoek wang djago. Haastig kalaoe kowe mahoe..

Pertanggal 31 Maart 1889 Niet Laat te Zijn Hoor.. Batavia 1889 Onder de naam van Nederlandsch Indie Governor Generaal H.M.S Van den Bergh S.J.J de Gooij

( Iklan ini benar-benar asli kutipan dari koran bertahun

1889 diambil di perpustakaan nasional )



The Pony-Mad Princess 3:Teka-Teki Untuk Putri Ellie


Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Childrens Books
Author:Diana Kimpton
Penerbit : PT Primamedia Pustaka Kelompok Gramedia Majalah
Tahun terbit : Desember 2005
Tebal : 96 halaman

Tak sengaja saya menemukan buku mungil ini ditumpukan majalah bekas di salah satu kios terminal Senen. Warna sampulnya sangat ‘princessa’; pink dan kuning. Judulnya juga lucu yang bisa menggugah rasa ingin tahu pembaca dari segmen anak-anak. Ketika saya membuka-buka halaman buku ini, font-nya juga nyaman dimata. Plus ilustrasi sketsa gambar-gambar yang cute tentang karakter tokohnya. Saya langsung tawar dan dapat potongan harga sekitar 80% dari harga asli buku ini. Untuk keponakan saya? Hahaha. Bukan! Saya beli untuk saya sendiri.

Sayang, saya hanya dapat salah satu edisi dari keempat edisi serial Putri Ellie. Putri yang memiliki sifat sedikit bebal ini tergila-gila dengan kuda poni. Walau Raja dan Ratu sempat melarang Ellie (sang putri lebih suka dipanggil begini daripada Aurelia) karena tentu saja akan membuat putri tampak kotor dan bau. Soalnya, Ellie lebih memilih menunggang kuda poni dan membersihkan kandang kuda daripada menemani tamu kerajaan.

Putri Ellie sangat mencintai keempat kuda poninya. Ketika ia berkeliling hutan bersama sahabatnya, Katie, cucu juru masak kerajaan, kuda poni yang ditunggangi Ellie menolak untuk masuk lebih jauh ke dalam hutan. Apa Rainbow, kuda Putri Ellie, melihat hantu? Mereka pun merasakan sesuatu yang aneh ketika berada di hutan yang dingin. Tapi, Ellie malah makin penasaran dan berniat memecahkan teka-teki ini. Kira-kira benar ada hantu enggak, ya?

Apa yang membuat saya memberi empat bintang untuk novel anak-anak ini?
1. Putri Ellie sangat pemberani dan rendah hati. Ia tidak risih bersahabat
dengan cucu juru masak kerajaan.
2. Pecinta binatang.
3. Walau orangnya cuek, Putri Ellie tahu ia harus sopan ketika menemani
tamu kerajaan yang awalnya tidak ia sukai
4. Putri Ellie suka sebel karena tidak semua kamar dan pakaian seorang
putri harus berwarna pink ‘kan?
5. Putri Ellie tidak manja. Dengan senang hati ia merawat keempat kuda
poninya
6. Sayang, Putri Ellie suka malas menyisir rambut *Hihihi…*
7. Putri Ellie berjiwa feminis.
8. Putri yang cerdas

Thank God I’m female! Seperti kebanyakan gadis kecil lain, dari dulu saya suka cerita putri-putrian. Sampai sekarang saya pun mengoleksi serial Princess Diaries. Kartini juga saya anggap seorang putri walau ayah bundanya bukan raja dan ratu. Seorang putri tidak melulu menunggu pangeran berkuda dan hidup bak di negeri dongeng. Helllloooo.., seorang putri sejati adalah dia harus punya keberanian. Itu saja. Agar dia bisa menjaga dirinya sendiri dan tak seorang pun mampu membuat jiwanya mati.

Monday, September 1, 2008

Petualangan Phonebook Menjelang Ramadhan

Ah, terlena dengan urusan pribadi masing-masing sampai saya hanya bisa bercengkerama via ponsel dengan kerabat menyambut bulan nan agung. Jempol saya lembur membaca pesan-pesan pendek di ponsel dari teman-teman yang mengucapkan selamat berpuasa dan memohon maaf agar lebih plong beribadah di Ramadhan. Dari kalimat pesan yang lucu, formal, sampai ada yang terkesan ‘garing’ diterima ponsel low-end milik saya.

 Tapi bagi saya tak peduli bagaimana kalimat yang dirangkai karena sebagian besar kalimatnya serupa. Siapa pengirimnyalah yang saya perhatikan. Walau nomor-nomor tujuan sudah terprogram semua di ponsel sehingga bisa saja teman saya itu hanya perlu menekan tombol ‘Select All’ setelah mengetik pesan (jadi terasa kurang intim ‘kan?).

 Ini yang membuat saya perhitungan ketika mengirim pesan ucapan selamat berpuasa atau selamat berlebaran karena saya tidak mau menekan tombol ‘Select All’ di daftar nomor tujuan. Pun niat saya mengirim SMS menjelang bulan puasa sesungguhnya adalah menjaga silaturahim dan bersyukur kita semua masih panjang umur. 

Saya sudah bertahun-tahun tidak ketemu si Anu ketika melihat namanya tertera di ‘Phonebook’. Apa matching kalau saya menyampaikan pesan; Marhaban-ya-Ramadhan-Mohon-Maaf-Lahir-Batin? Terakhir kali saya kirim SMS serupa dua tahun lalu. Selama ini kami sudah lama banget tak berhubungan meski kami bersahabat. Ehm, kalau begitu saya harus memutar otak untuk merangkai kalimat yang pas tapi tidak biasa dengan makna pesan; silaturahmi harus tetap terjaga meski hanya lewat ponsel dan setahun sekali saya kirim pesan pendek padanya. Intinya, saya masih ingat padanya dan saya harap dia masih mengingat saya.
Ketika saya melihat daftar si Fulan. Jempol saya tertahan lagi. Dia sudah tidak care dengan saya. Dia pun kerjanya kurang becus yang bikin kerjaan saya ikutan berantakan. Lagipula jabatan dan usia saya diatasnya. Kenapa saya yang SMS duluan? *Istigfar* Apa harus begitu juga saya memperlakukan manusia seperti mereka yang apatis? Dengan legowo saya kirim SMS padanya karena saya tidak seperti si Fulan itu.
Sekarang, mata saya terhenti pada sosok nama yang melegenda di hati. “Film-hitam-putih” terputar kembali dalam benak. Timbul sentimentil rasa rindu dan ingin menyampaikan pesan lebih dari sekadar ucapan selamat berpuasa setelah sekian lama terputus kontak.

 Asslm. Mas, apa kabar? Selamat berpuasa ya.   - Ah, biasa.
 Mas, masih ingat aku tak? Ini adelia. Masa lupa, sih? Kita kan mau puasa..  -Idih, genit amat.
 Asslm. Marhaban Ya Ramadhan. Semoga ridho Allah selalu menyertai kita. Bgmn kabar? Sekarang berdomisili dmn? Adelia.  -Yah, okelah, whatever. Send.
 Wlkmslm. Alhmdullh. Sama2. Saya di Bontang sekarang. Maaf, ini adelia mana, ya? Tahu nomor ini darimana?

 Oh! Jempol saya kaku. Ternyata saya belum siap dilupakan.
 
#Selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga kita semua menjadi pemenang di jalan Allah. Amin.

Friday, August 29, 2008

EVERY WOMAN SHOULD....

MAYA ANGELOU'S BEST POEM EVER

A WOMAN SHOULD HAVE .....
enough money within her control to move out and rent a place of her own
even if she never wants to or needs to...

A WOMAN SHOULD HAVE ....
something perfect to wear if the employer or date of her dreams wants to
see her in an hour...

A WOMAN SHOULD HAVE ...
a youth she's content to leave behind....

A WOMAN SHOULD HAVE ....
a past juicy enough that she's looking forward to retelling it in her
old age....

A WOMAN SHOULD HAVE .....
a set of screwdrivers, a cordless drill, and a black lace bra...

A WOMAN SHOULD HAVE .....
one friend who always makes her laugh... and one who lets her cry...

A WOMAN SHOULD HAVE ....
a good piece of furniture not previously owned by anyone else in her
family...

A WOMAN SHOULD HAVE .....
eight matching plates, wine glasses with stems, and a recipe for a meal
that will make her guests feel honored...

A WOMAN SHOULD HAVE ....
a feeling of control over her destiny...

EVERY WOMAN SHOULD KNOW...
how to fall in love without losing herself..

EVERY WOMAN SHOULD KNOW...
HOW TO QUIT A JOB,
BREAK UP WITH A LOVER,
AND CONFRONT A FRIEND WITHOUT RUINING THE
FRIENDSHIP.. .

EVERY WOMAN SHOULD KNOW...
when to try harder... and WHEN TO WALK AWAY...

EVERY WOMAN SHOULD KNOW...
that she can't change the length of her calves, the width of her hips,
or the nature of her parents..

EVERY WOMAN SHOULD KNOW...
that her childhood may not have been perfect...but its over...

EVERY WOMAN SHOULD KNOW...
what she would and wouldn't do for love or more...

EVERY WOMAN SHOULD KNOW...
how to live alone... even if she doesn't like it...

EVERY WOMAN SHOULD KNOW...
whom she can trust,
whom she can't,
and why she shouldn't take it personally.. .

EVERY WOMAN SHOULD KNOW...
where to go...
be it to her best friend's kitchen table...
or a charming inn in the woods...
when her soul needs soothing...

EVERY WOMAN SHOULD KNOW...
what she can and can't accomplish in a day...
a month...and a year...

Tuesday, August 19, 2008

Pinka & Biru




Saya tinggal di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Polusi? Jangan ditanya. Kawasan pun sudah padat. Tapi, setiap pagi ketika saya shalat subuh, masih bisa terdengar kicau burung gereja dan burung lain yang saya tidak tahu apa. Rasanya tenteram banget. Mereka masih suka hinggap di atap balkon depan jendela kamar saya dan nangkring di tali tiang listrik seperti Pinka dan Biru itu.

Sampai kapan mereka akan menemani saya ketika "curhat" dengan Kekasihku? Ada pohon mangga besar yang berusia lebih tua dari saya (mungkin sudah 25 tahun). Semoga pemilik rumah tetap mempertahankan pohon itu supaya saya masih bisa menikmati nyanyian burung-burung mungil di pagi hari.

P.S: Stop Illegal Logging

Monday, August 18, 2008

Dibalik Layar "GARIS MATI"






16 Agustus 2K8
Day ‘til night
Kampus merah putih

Jam 09.00 saya terbangun karena pesan pendek di ponsel dari Octi. Katanya masih diperlukan orang-orang untuk meramaikan dan mengisi di frame film pendek ini di kampus. Wah, heran. Anak-anak MP kan narsisnya luar biasa. Tumben kekurangan orang. Awalnya saya urung datang karena siang ini ada 2 janji yang harus saya tepati. Tapi, toh akhirnya, saya datang karena dimana ada keramaian pasti ada adel (bohong, ding!).

Singkat cerita, tujuan utamanya film ini ditayangkan ketika Jambore Fikom 08. Sisanya, mau dipasang di XXI *tampang datar*. Semangat bendera mandiri a.k.a independenlah pokoknya. Sebenarnya, saya bukan fotografer untuk mendokumentasikan dibalik layar film ini. Seperti yang saya bilang, saya hanya seorang dari tim hura-hura. Jadi, yang berkapasitas lebih untuk mempromosikan film ini anggota Media Publica angkatan 2006-2007. Mereka yang sudah pontang-panting memproduksi film pendek ini. Kami-kami ini (baca: senior) membantu apa yang bisa kami bantu selama itu hal positif.

Tapi yang pasti, film ini ‘owkeyy’ karena dibantu figuran yang tak diragukan lagi profesionalnya. Hahaha. Sekali gitu, ternyata bagian saya kepotong karena saya masuk hanya dua scene kalau tak salah. Ah, biar! Pak produser, honor saya mana neeehhhh…??? :-)

Info lengkap hubungi :
Moci MP’07 : 021-98855037
Qori MP’06 : 085692211995
@MPdotco

Tuesday, July 15, 2008

Black Interview


Rating:★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Andre Syahreza
Judul : Black Interview
Penulis : Andre Syahreza
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 240 halaman


Jakarta dengan segala problema dan kisah manisnya. Jakarta dengan segala atribut harapan dan simbol metropolitan dalam kemajuan zaman. Jakarta dengan segala aneka rupa dan karakteristik yang memberi sejuta warna. Seribu anekdot, pujian, dan kritik tentang Jakarta berpadu menghasilkan karya yang dituang dalam bentuk seni. Baik itu berupa sastra, lukisan, film, lagu, ataupun grafis.

Jakarta telah menginspirasikan banyak orang untuk menulis lika-liku dinamikanya. Ada banyak buku yang mengisahkan kehidupan masyarakat Jakarta yang tak pernah habis cerita. Tengok saja di jajaran rak toko-toko buku ternama. Karya kontroversial milik Moammar Emka menjadi salah satu yang mencuri perhatian masyarakat. Emka membeberkan kehidupan seks Jakarta”. Bukunya laris manis sampai terbit hingga beberapa edisi. Pun Seno Gumira Ajidarma (SGA) dengan “Affair”-nya menjadikan kota Jakarta sebagai inti isi karyanya.

Andre Syahreza, jurnalis yang matanya juga sangat terbuka lebar terhadap kisah manis getirnya Jakarta. Setelah mengumpulkan laporan jurnalistiknya menjadi sebuah buku The Innocent Rebel : Sisi Aneh Orang Jakarta (GagasMedia, 2006), pria ini kembali mengemas kisah kota kelahirannya dengan sudut pandang yang tentunya berbeda. Black Interview menjadi salah satu karyanya yang -boleh dibilang- lebih “bandel”.

Black Interview merupakan nama rubrik di majalah djakarta! sejak edisi ke-48 ketika djakarta! masih berbentuk majalah bulanan (hal. viii). Seperti dalam chapter “Classical Black” yang berisi wawancara imajiner dengan tokoh-tokoh bikinan Andre. Kemudian, Black Interview ini mengalami perubahan konsep di edisi 84 dengan menekankan setting waktu dan “terungkap” bagaimana keadaan Jakarta satu abad mendatang.

Memang bukan seluruhnya interview yang bisa ditemukan di buku ini. Pun bukan hasil ramalan Andre. Penyebab semua kisah Jakarta pada seratus tahun kemudian merupakan kebalikan dari logika-logika yang sedang terjadi kini. Apa yang bisa kita lihat sama-sama dari jakarte kite sekarang? Macetnya, penduduk padatnya, gubernurnya, budaya konsumerismenya, menjadi beberapa topik dari sekian banyak gambaran kehidupan Jakarta.

Jangan harap pembaca dapat menemukan wajah Jakarta yang cantik seratus tahun mendatang. Yang ada hanyalah orang gila, gubernur yang goblok, kota yang berbahaya, dan serangkaian hitamnya Jakarta yang membuat kita berpikir: jangan-jangan Andre juga ikutan gila. Cerita milik pria yang selama kurang lebih lima tahun sebagai editor-in-chief majalah djakarta! ini kental dengan aroma sarkastis. Andre mengklaim bukunya kali ini berkonsep baru, yakni black comedy - sindiran- dengan ending yang terkadang bikin gemas. “Manusia Bulan” dan “Danger Tour”, contohnya.

Membaca tulisan-tulisannya yang mirip cerpen, ada kekaguman terhadap cara Andre mengkonstruksi setting Jakarta dengan segala keanehan isi kotanya. Berpadu dengan tulisan yang dibuat layaknya penulisan berita, sepertinya kita akan “dipaksa” membuka halaman selanjutnya untuk ikut mereka-reka akan jadi apa Jakarta. Atau bisa jadi malahan sebaliknya. Kita jadi tidak kuat, muak, serta takut apa yang ditulis Andre ada benarnya juga. Semua tergantung interpretasi kita sebagai seorang pembaca. Toh, Andre punya hak untuk beropini ria.

Apakah keadaan Jakarta sekarang hanya akan mewarisi bobroknya Jakarta buat cucu-cicit kita nantinya? Banyak kalimat di buku ini sekilas membuat kita beranggapan bahwa Andre membenci Jakarta. Tapi, siapa tahu kalau jauh di alam bawah sadar Andre (juga kita) mencintai -dan justru SANGAT care dengan mengkritik- Jakarta?

-Rizky Adelia
Anggota aktif LPM Media Publica
Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama), Jakarta

Thursday, June 26, 2008

HAK ANGKET : DPR PUNYA GAYA


Oleh: R Adelia R

Juni ini saya disuguhkan media massa mengenai macam-macam berita yang membuat saya terus geleng-geleng kepala dan menghela napas panjang. Dari berita yang membuat saya gregetan kalau melihat sosok “necis”-nya Artalyta, Inggris yang ternyata tidak ikut main di Euro Cup 2008 (Bohong. Saya tidak sampai prihatin, kok, hanya sebatas menyayangkan), sampai isu terpanas minggu-minggu ini berkaitan dengan wafatnya mahasiswa UNAS dan aksi brutal pengunjuk rasa pada Selasa (25/6) lalu.

Sampai rumah, jarang-jarang saya sudah sampai jam delapan malam. Ketika makan malam dan menonton TV  bersama ayah dan ibu (nah, kalau situasi ini sudah jarang terjadi pada saya saat hari kerja. Kali ini tidak bohong), salah satu stasiun TV menayangkan diskusi tentang hak angket DPR. Ayah saya serius menonton, ibu serius beres-beres meja makan, saya serius menggerutu. DPR bikin apa lagi, sih?

Secara tidak langsung, hak angket dilaksanakan karena tekanan dari para pengunjuk rasa yang meminta pemerintah membatalkan kenaikan harga BBM. Tak usah ditanya lagi mengapa DPR baru melaksanakannya. Di salah satu surat kabar memuatnya sebagai headline dan mencetak partai mana saja yang setuju dan tidak setuju akan hak angket ini. Walhasil, bisa ditebak. Partai Golkar dan Partai Demokrat memilih untuk tidak setuju. Yang lain? Jelas setuju. Hmm, mumpung ada kesempatan ”unjuk gigi”.

Tapi, yang perlu digarisbawahi adalah hak angket bukan untuk membatalkan kenaikan harga BBM. Hal tersebut sudah tidak mungkin diturunkan lagi. Hak angket tersebut adalah untuk menyelidiki dan menuntut alasan SBY dan tim yang sepakat menaikkan harga BBM. Jeda sebentar. Lantas? Apa gunanya hak angket? Toh, nyatanya adalah harga BBM sudah positif naik di Indonesia. Tarik napas sebentar. Lalu, berarti mahasiswa selama ini teriak-teriak menyuarakan aspirasi rakyat jadinya percuma? Unfortunately, yes. Jadi, masyakarat hanya disuguhkan cerita ”macan ompong”? Kurang lebih begitu.

Walau sudah ”kadung”, media dan masyarakat jangan menyerah dan tetap menjadi watchdog pemerintah karena ada banyak PR yang harus dituntaskan pejabat negara itu. Salah satunya adalah kasus suap jaksa BLBI dan korupsi dari hasil warisan kolonial. Ngomong-ngomong, para pelaku tersebut jelas merugikan hajat hidup orang banyak dan merusak citra negara. Jahatnya saya, mengapa tidak dihukum mati sekalian? Orang Indonesia itu sudah tambeng¸ susah jeranya kalau hanya hukuman seumur hidup. Ironisnya, hukum sekarang bisa diperjual-belikan (catatan : profesi lain; makelar kasus)

Kembali ke soal hak angket. Sebelumnya, pasti kita pernah mendengar hak interpelasi. Apa beda kedua hak DPR tersebut? Simpel saja. Hak angket bertujuan menyelidiki kebijakan pemerintah yang krusial. Sedangkan hak interpelasi adalah meminta keterangan pemerintah tentang kebijakan yang diambil pemerintah.

Yang jelas, hak-hak ini menimbulkan kemungkinan. Bisa berdampak akan ketidakpercayaan DPR terhadap pemerintah. Atau pemerintah yang justru sebel dengan DPR karena gagalnya hak angket atau hak interpelasi dan menganggap DPR tidak konsisten. Ehm, kita semua sudah cukup tahu ketiga lembaga (eksekutif, yudikatif, legislatif) itu ketahuan ”borok”-nya seperti apa. The big question mark is: Pada siapa rakyat percaya dan meminta perlindungan?

Tuesday, June 24, 2008

KALA AKROBAT MENJELAJAHI DUNIA DIGITAL

 

Oleh : Rizky Adelia / Foto-foto: Indah Pratiwi
João Paulo P. Dos Santos dan Guillaume Dutrieux menampilkan sirkus kontemporer dalam rangkaian Printemps Français di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.

João, pemain akribat pada tiang dan Guillaume, pemain terompet, berkolaborasi menyuguhkan pertunjukan sirkus kontemporer. Kedua seniman ini menjelajahi dunia artistik yang unik dan gerakan tubuh yang melampaui hukum gravitasi. Pertunjukan mereka ini mengajak Anda pada batas realitas dengan persepsi visual yang bercampur aduk serta ruang suara berlipat ganda. Video dan unsur elektronik mengambil peran penting dengan membuat pemain berlipat ganda berkat gambar dan suara.

Ketika Anda duduk dan menikmati ambience ruang di sekitarnya, jangan harap Anda akan menyaksikan peralatan-peralatan seperti tali-temali, holahoop, atau properti sirkus yang biasa Anda saksikan zaman dahulu. Yang ada hanya sebuah tiang dan alat musik synthesizer berukuran mungil.

Sirkus kontemprer ini berlangsung sekitar 60 menit dengan harga tiket Rp.30.000,00 per orang untuk kelas balkon dan Rp. 50.000,00 per orang untuk kelas festival. Hampir semua tempat duduk terisi oleh penonton yang terdiri dari para ekspatriat, wartawan, mahasiswa, serta keluarga yang mengajak anak-anak mereka menyaksikan sirkus ’langka’ di Indonesia.

Kedua seniman ini memiliki keinginan yang sama untuk berkreasi dan memilih ”sirkus baru” (sirkus kontemporer) sebagai cara untuk mengekspresikan rasa seni mereka. João Paulo P. Dos Santos belajar di sekolah sirkus Chapitõ dari tahun 1996 hingga 1999 di Lisbon, kota kelahirannya. Lalu ia melanjutkan ke sekolah Sirkus Rosny hingga 2001. ia bergabung dengan Cie Cheptel Alëikoum yang anggotanya terdiri dari siswa angkatan ke-15 sekolah seni sirkus nasional Châlons en Champagne. Ia bergabung hingga 2003  untuk pertunjukan LeCirqle arahan Roland Shön. Ia juga berpartisipasi pada pertunjukan Océans et Eutopie karya Philippe Genty (1998) dan Ring karya Félix Ruckert (2002).

Sedangkan Guillaume Dutrieux adalah pemain terompet lulusan Konservatorium kota Paris dengan spesialisasi jazz. Ia banyak bekerja sebagai musisi atau komposer dengan berbagai grup atau pertunjukan musik dengan aliran yang berbeda-beda, seperti Sacre Du Tyman (jazz), Bosster (electro), Compagnie du Soleil Bleu (teater) dan Alpha Bondy (reggae). Tahun 2003, ia bertemu dengan Cie Cheptel Alëikoum dan tim Roland Shön. Ketika itu, Dutrieux bekerja sebagai pengarah musik dan akhirnya memutuskan untuk beralih aliran. Ia berniat sepenuhnya berorientasi pada proses penciptaan musik segala rupa. Musik dan suara berkaitan erat dengan proses penciptaan sebuah pertunjukan.

Pada malam itu, Anda akan ’dipaksa’ mengarungi sebuah seni pertunjukan yang sureal dan digitalisasi yang memukau.

Friday, June 20, 2008

STORY OF JAKARTA

Start:     Jun 14, '08 10:00a
End:     Jun 22, '08
Location:     Darmawangsa Square the Citywalk
Dalam rangka merayakan HUT Jakarta ke-481,
Creative Culture, Darmawangsa Square dan The Occasion
menyelenggarakan berbagai acara
yaitu:

Pameran Foto Kota Tua
Hasil karya 5 fotografer muda
(Nancy Tenlima, Priyagung Adhitama, Windy Miftah,
Poer Soebagyo, Dodit Wijanarko)
Foto-foto Gedung Lawas di Jakarta hasil pindai dari
Museum Sejarah Jakarta

Pameran Lukisan
Oleh Kelompok Pelukis dan Penulis Indah Pasar Baru
(S.Wito, Eko Bandhoyo, Agus S, Eeng S, Fathul Muin, Arif JAG,
Diedith K, Nano, Nanang, Nandang, Djustru, Osman Effendy,
Meshadi, Asep, Irma Gayatri)

Pameran Betawi
Makanan, Mainan, dll

Bertempat di Darmawangsa Square the Citywalk
Jl. Darmawangsa VI, Jakarta Selatan
Tanggal 14-22 Juni 2008

ART PERFOMANCE
Saksikan tari-tarian dan musik betawi
22 Juni 2008
Pk.13.00 – selesai
Darmawangsa Square the Citywalk
Jakarta Selatan

GRATIS
Mohon Sebarkan

Salam,
Alin SP Apriliani
0818819944 – 081317969944

Thursday, June 19, 2008

Mencari Sebelah Hati Yang Sempat Datang

Nun jauh dari kota Bucharest, ada seorang warga Jakarta yang memiliki nasib serupa dengan Nicolas. Namun, belum (dan pasti tidak) lebih jauh mengambil langkah seperti usaha yang dilakukan Nicolas. Sepertinya pepatah witing tresno jalaran soko kulino memang bukan sesuatu yang pasti. Reaksi kimia dalam tubuh dan perasaan manusia bisa timbul dan padam dalam satu jentikan jari. Ajaib!
Silahkan buka website ini:
http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/06/tgl/19/time/083554/idnews/958851/idkanal/10

Monday, June 16, 2008

SAYA MAU SKRIPSI BEGITU

Date                 : June 13 2008
Time                 : 08.10 WIB
Place                : Graha Elnusa Lantai 15
Mood               : Bloody sleepy!!!!
Song                : Like You’ll Never See Me Again by Alicia Keys

Sembari menunggu kerjaan dari supervisor saya, sembari menghabiskan waktu yang masih saya anggap pagi buta, sembari menghilangkan rasa kantuk saya, jadi terpikir membahas tentang skripsi. Bukan. Bukan tentang judul apa yang apik untuk dianalisis. Sederhana saja. Tentang teknis pengerjaan skripsi.

Teman saya lagi mengeluh kekurangan uang karena skripsi menguras biaya hidupnya beberapa bulan belakangan ini. Biaya paling terasa adalah biaya cetak-mencetak dan itu sangat berhubungan dengan kertas.

Bagaimana tidak, sekali revisi dengan dosen, sekali coret, kita harus mengulang cetak lagi berkali-kali. Kertas sekarang memang mahal harganya. Jadi, saya punya ide (kalau pantas disebut ide), kenapa saat bimbingan tidak menggunakan skripsi versi digital? Maksud saya, kita tidak perlu mencetak banyak. File naskah skripsi cukup disimpan di USB. Saat bimbingan, bagi mahasiswa yang punya laptop, tunjukkan naskah skripsi itu dari layar laptopnya saja. Atau kampus punya banyak unit komputer di perpustakaan bagi mahasiswa yang tidak punya laptop. Jadi, tinggal colok USB saja.

Dengan begitu, menghemat kertas ’kan? Saat naskah skripsi sudah paten, sudah dirasa benar dan mantap, baru deh cetak dengan hard-cover, soft cover, dan cukup maksimal 3 kali mengkopi keseluruhan naskah skripsi.

Ide sederhana dan cupu ini secara tak langsung atas nama penghematan penebangan pohon. Tak bisa dipungkiri, permintaan kertas tetap banyak tapi pohon semakin berkurang. Indonesia sebagai paru2 dunia sudah mulai ’panik’ gara2 hutan2nya gundul (heelllooo..illegal logging issue). Ah, kalau begini ceritanya, saya harus cepat2 skripsi dong? Dua tahun lagi harga kertas untuk fotokopi dan percetakan pasti membengkak. Oh, Gusti!

Tuesday, May 27, 2008

Mencintai Seperti Sang Matahari

 
Andai manusia bisa saling menyayangi seperti itu. Tapi nyatanya, homo homini lupus... Termasuk saya.

Monday, May 26, 2008

Cantik Itu Luka


Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Eka Kurniawan
Cantik Dari judulnya saja kita bisa menerka bahwa isi novel ini terinspirasi dari sosok cantiknya perempuan yang ironisnya kecantikan itu bukan sebuah keberuntungan. Eka Kurniawan mengkonstruksi imej yang membuat kita tak habis pikir. Dari pencitraan tokoh, dialog, plot, Eka mengajak pembaca ke satu dunia Dewi Ayu, perempuan sangat cantik yang sayangnya kecantikan itu malah membawa kutukan pada diri dan keluarganya. Hingga akhirnya Dewi Ayu hanya ingin mati ketika melahirkan putri keempatnya, Si Cantik, yang nyatanya rupa tidak secantik namanya.

Ada beberapa narasi yang mencuri perhatian saya. Salah satunya Eka menulis begini; Ada dua jenis perempuan yang bisa dicintai seorang lelaki; pertama perempuan yang dicintai untuk disayangi, kedua perempuan yang dicintai untuk disetubuhi.

HA! Pantas saja. Pelacuran tidak bisa diberantas dari muka bumi ini selama manusia masih memiliki kelamin. Paradigma kita tentang arti kata Cinta dan Cantik pun bisa saja jadi berubah. *tersenyum sambil menunduk*

Tribute To Munir




JAKARTA (23/5/08)- Kantor Berita Radio (KBR) 68H dan Komite Aksi Solidaritas Untuk Munir (KASUM) menyelenggarakan peluncuran Album Untuk Munir di Yayasan Kontras, Jl. Borobudur, Menteng, Jakarta.

Desain kampanye tentang Munir kali ini dikemas dalam bentuk lomba cipta lagu untuk Munir. Musikus Jockie Soerjoprajogo, Penyanyi Tri Utami, dan Aktivis Usman Hamid menjadi juri yang telah menilai 132 peserta lomba hingga mampu memilih sepuluh lagu terbaik dan tiga lagu terfavorit dari lagu tersebut.

Mereka yang terfavorit adalah Doddy B. Jatmiko dari Yogyakarta dengan lagunya “Pahlawan Sejati”, Neps Band dari Jakarta dengan lagunya “Selamat Jalan Pahlawan Hak Asasi, dan Nur Iman dari Jakarta dengan lagunya, “Untukmu”. Mereka menerjemahkan sosok Munir ke dalam lirik dan syair lagunya sesuai dengan pengetahuan dan pengenalan mereka akan tokoh Munir, kiprahnya sebagai pejuang hukum dan HAM, serta kasus pembunuhan Munir.

Acara ini tentunya dihadiri oleh Suciwati, istri Munir, dan para sahabat Munir yakni Butet Kertarajasa, Jay Subiakto, Benz Leo, dan Wanda Hamidah. Efek Rumah Kaca juga turut mengisi acara dengan membawakan tiga lagu populernya.

Kegiatan soft launching ini hampir ujung dari rangkaian panjang alur kegiatan yang dimulai dari Oktober 2007 hingga Mei 2008. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi pengumpulan materi lagu untuk lomba, penjurian, pengumuman pemenang, produksi album, launching, dan konser.

Ide untuk membuat Album Untuk Munir (AUM) merupakan dukungan moral bagi upaya pengungkapan kasus pembunuhan Munir. AUM hadir untuk menggaungkan isu Munir lewat bahasa yang lebih populer hingga menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Tuesday, April 29, 2008

Langkah Simpel Bukti Cintai Ibu Pertiwi



Selasa (29/4/08) - "Mau ke kondangan, Mbak? Rapih beneeeer, Mas! Pake sarung mau ke desa mana?"

Ya ampun, ini hanya salah satu langkah simpel mempertahankan budaya bangsa. Terserah negeri serumpun seberang sana mengklaim batik itu warisan budaya mereka. Tapi, Indonesia lebih orisinal, dong. Dan kami sebagai mahasiswa (ciieehh..) ini salah satu langkah simpel mencintai produk dalam negeri.

Sependapat dengan Muara Bagdja di Koran SINDO. Biarkan gempuran butik Chanel, Lanvin, sampai Dior ke Indonesia, tapi ada 'perang' kalau batik harus dihidupkan. Dan untuk kami yang sebagian besar masih disubsidi orang tua, biarkan Allure atau Alun Alun Indonesia hadir di mal-mal mewah. Toh kami masih bisa memburu batik di Pasar Klewer, Bringharjo, atau pasar dekat rumah dengan harga miring. Siapa bilang mau gaya itu mahal? Putar akal saja.

Oh ya, langkah awal mudah membedakan batik, lihat saja warna dasar dan corak batiknya. Saya dapat bocoran dari Mbak Lesthi selaku fashion journalist (i'm gonna miss u) dan pengusaha kebaya saat pameran di JCC. Batik jogja itu warna dasarnya hitam dengan bentuk geometris yang teratur. Batik Solo itu coraknya lebih kecil-kecil dengan warna dasar coklat. Batik Pesisir seperti Cirebon warnanya lebih berani karena sudah ada akulturasi budaya dan coraknya lebih ramai. Hmm, mungkin ada yang lebih tahu soal batik? Saya tertarik ikut nge-batik di Museum Tekstil nih. Apalagi saya keturunan Jawa yang identik dengan batik.

Hmm, batik motif kontemporer sekarang juga banyak. Eh, kami masih terlihat cantik dan tampan dengan batik, 'kan?

P.S: Untuk MPers, pakai batik atau kebaya sekalian boleh juga. Pasti sensasinya beda! Hidup Indonesia!

Wednesday, April 23, 2008

Kereta Api Funky


Rating:★★★★
Category:Other
Kereta api listrik jadi alat transportasi murah sekaligus sampah di Jabotabek. Bayangkan kalau KRL disulap menjadi seperti kereta api di Jepang ini. Perjalanan jd super duper menyenangkan, kan? Tapi, siap2 sakit mata. Hehehe. Kreatif ya mereka!

IKEA, produsen furnitur asal Jepang mendesain gerbong tersebut dengan berbagai macam produk mereka seperti sofa dan gorden (curtain) yang dapat membuat kita tidak berasa di dalam sebuah gerbong kereta api. Semua ini mereka lakukan sebagai bagian dari promosi atas dibukanya cabang baru IKEA di kota Kobe.

Sumber: otakku.com

Kalo di Jepang, mungkin bisa bertahan lama keindahannya. Kalau di Jakarta? Ga janji deh

JIBRIL DAN ADEL

Ruang NCU/ICU

Jibril :
Adel, tidakkah kamu memperhitungkan bahwa kamu akan bertemu denganNya?

Adel:
Aku khilaf..

Jibril:
Bukankah Allah telah memberikan kepadamu usia muda? Bagaimana kamu menggunakannya? Bukankah Allah telah memberimu umur panjang? Bagaimana kamu menghabiskannya? Tidakkah Allah telah menganugerahimu kekayaan? Untuk apa kamu membelanjakannya? Bukankah Allah telah memuliakanmu dengan ilmu pengetahuan? Apa yang kamu kerjakan dengan ilmu yang ada pada dirimu?

Adel:
Ampuni hamba...

Jibril:
Tidakkah kamu malu terhadapNya? Kamu sengaja melakukan perbuatan buruk di depanNya tapi justru merasa sungkan kepada makhluk ciptaanNya dengan menonjolkan kebaikan di depan mereka? Apa menurutmu Dia lebih rendah daripada hambaNya? Bukankah Dia yang memberi anugerah padaMu? Apa yang membuatmu berpaling dariNya? Apa kamu tak mengira kalau Dia mengawasimu? Dan bahwa kamu tak dibawa kehadapanNya?

Adel:
Demi Allah yang jiwaku berada ditanganMu, mohon ampuni hamba..

Aku tersadar. Mataku sudah basah. Keluarga dan temanku mengelilingi tempat tidurku. Jahitan di kepalaku yang botak. Jarum dan selang infus menembus kulit. Mesin detak jantung berbunyi. Nafas yang sesak. Dinginnya ruangan. Aku menengok ke kanan. Matahari masih bersinar. Aku melihat ke kiri. Perempuan tidur dengan tabung oksigen dan mesin pencuci darah. Aku menatap ke atas. Apa yang terjadi. Aku harus hidup. Ibu menaikkan selimut ke dada. Aku kembali tidur. Valium mengalir dalam darah. Aku terima ikhlas kuasa absolut Tuhan. Tapi, saat ini, Tuhan, aku ingin bisa tetap hidup.



Friday, April 18, 2008

CURHATAN ANGKATAN TUA

Tanggal            : 15 April 2008
Waktu              : 23.18 WIB
Tempat             : Kasur tersayangku
Mood               : Lelah luar biasa
Lagu                 : Almamateurs by Morrisey

Zianita              : Dhel, boleh ngeluarin uneg2 ga? Knapa ya kayaknya udah mau 4 thn gw kuliah, ga ada sesuatu yang berarti yang gw dapetin. Apa adel merasakan sesuatu yang sama?

Adelia              : Lu kate kagak, Zi. Gw dapat pengetahuan malah dari orang2 disekitar gw, termasuk MP. Makanya, gw bilang kacrut nih kampus, kompensasi buat mahasiswa bayar mahal ga sebanding.Gw ud lakukan kewajiban gw sbg mahasiswa. Tapi yang gw dapat apa dgn selama ini yg udah gw lakukan? Emang kenapa, Zi? Lagi galau, ya? Hehe.

Z          : Gw ngerasa, gw berhenti kerja karena mau kuliah, tapi ternyata di kampus gw ga bisa dapetin apa yg udah gw rela tinggalin (resign kerja). Gw agak rugi aja, ketahuan gw kerja. Jadi, kalau ga ada dosen sekalipun, gw ga rugi2 amat. Dan masih ada yang ngasih gw duit tiap bulan. Ini gw malah buang2 uang & gw ga dapat apa2. Krn skrg di pikiran gw gimana caranya gw bisa menghasilkan uang. Bukannya buang2 uang.

A         : Apa boleh buat? Kita teriak2 ampe jumpalitan belum tentu digubris. Kalau lo mah, rejeki bakal datang, Zi. Tenang aja. Gw yang mesti jemput bola. Sabar ya, Zi. Tenang aja. Nasehat buat diri gw sendiri sih sebenarnya. Yah, setidaknya kita lulus untuk membayar pengorbanan ortu biayain kita kuliah.

Z          : Makanya gw malas ke kampus, kalau ga ada yang penting2 banget. Lulus jd sarjana, ga ada yang bisa ngw banggain dari almamater gw. Tapi, udah pilihan gw sih kuliah di sini.

A         : Gw juga kampus nyampah aja. Gw cuma bisa jalanin yang didepan mata. Kadang gw mikir, apa gunanya nilai A semua di transkrip nilai? Kalau kita gak punya skill dan kalah saingan dengan lulusan yang lebih cling.Huhu. Ya sudah. Semoga matahari esok mencerahkan hari kita. Hop..Hop..!!

Wednesday, April 16, 2008

Apa Spektrum Gelombang itu Cinta?

Warna adalah gelombang cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda. Ketika mata kita melihat objek, maka kita melihat pantulan cahaya dari objek tersebut. Mata manusia normal mampu membedakan ratusan panjang gelombang berbeda. Hal ini membuat kita mampu melihat dan membedakan warna.

Sama 'kan seperti cinta?
Sekarang, siapa yang bisa melihat gelombang cahaya saya? Hohoho... (^,~)

Wednesday, March 19, 2008

Teater Monolog Sarimin by Butet Kertaarajasa




Art Summit tahun lalu di TIM menghadirkan pementasan teater MOnolog yang dibawakan Butet. Walaua saya nonton sendiri dan untuk liputan Media Publica saya sangat menikmatinya. Salut buat Butet, Kill The DJ, and all crews.

Monday, March 10, 2008

PROVOKE YOU!



MOESTOPO: KEMANA SAYA DAPAT MENGADU? (busuk!)

Selasa (4/3/08)

Hari pengisian KRS untuk angkatan 2004 tiba. Dan sudah berkali-kali saya menyiapkan mental untuk:
1. Mengambil slip bayaran uang heregistrasi
2. Ke Bank BNI untuk membayar uang kuliah
3. Mengambil kartu hasil studi semester sebelumnya (antri!)
4. Melihat jadwal perkuliahan yang ditempel di tembok kampus (rebutan)
5. Berkonsultasi dengan Pembimbing Akademik (hanya formalitas -antri juga)
6. Ke loket untuk cetak kartu rencana studi (antri banget!)
7. Belum lagi jika ada jadwal yang saya inginkan bentrok atau ada perubahan mata
    kuliah, maka saya harus lari bolak-balik ke lantai bawah yang temboknya ditempel
    jadwal perkuliahan untuk re-schedule
8. Cetak KTM (ngantri cuuuyyy..) yang sebenarnya KERTAS tanda mahasiswa (belum
    lagi kalau lupa bawa pas foto)
9. Sudah selesai? Belum!
Unfinished bussines of mine:
Saya tidak boleh (bukan tidak bisa) mengambil mata kuliah Penulisan Kreatif karena saya mendapat E semester lalu (perlu ditekankan karena CUTI SAKIT). Padahal, ketika saya semester enam, saya dan kawan-kawan langsung bisa mengambil mata kuliah itu tanpa kuliah prasyarat. Apalagi ketika saya ngeh kalau Penulisan Kreatif HARUS sudah lulus Hukum & Sistem Media Massa. Heelllloooo..., apa salah cetak? (saya sampai melotot meneliti super seksama bersama teman-teman saya).
Pertama, Penulisan Kreatif itu adalah subjek mata kuliah mencakup pengertian, karakteristik, jenis, dan teknik penulisan kreatif (cerpen, novel, puisi, esai, naskah iklan, skenario film. Apa relevansinya dengan Hukum & Sistem Media Massa?
Untuk jelasnya, Hukum & Sistem Media Massa secara garis besar mencakup pengertian hukum dan sistem media massa, aspek-aspek hukum dalam liputan media massa, delik-delik pers, undang-undang pers dan/atau media massa, hukum media massa dan dinamika sosial, berbagai sistem media massa, keterkaitan hukum dan sistem media massa dengan praktik humas, jurnalistik, dan periklanan. Ada yang bisa beritahu saya kira-kira kenapa Hukum & Sistem Media Massa menjadi subjek prasyarat untuk Penulisan Kreatif?
Kedua, ketika saya mengadu kepada salah satu staf akademik yang biasa mengurus nilai dan mata kuliah, jawabannya: “Saya hanya menjalankan pelaksanaannya. Saya tidak tahu.” Jawaban senada juga datang dari Wakil Dekan I, “Yang mengurus tim kurikulum dan saya juga tidak tahu.” Oh, bukankah Wakil Dekan I juga mengurusi bidang akademik dan termasuk soal kurikulum, ya? Aneh. Saya bilang aneh sebab saya diberi jawaban yang ‘gantung’.
Saya mengadu ke Kepala Jurusan Fikom, sebelas dua belas. “Mungkin penulisan yang sesuai koridor hukum dan jurnalistik.” The big question mark is: Apa semua teknik penulisan kreatif itu terpayungi hukum? Ada hukum menulis cerpen yang benar? Semester enam lalu, dosen penulisan kreatif kelas sore memang mengajarkan saya seperti yang dimaksud di atas. Lha, yang salah dosen atau kurikulumis (apalah itu namanya). Tolong segera beritahu saya!
Saya masih dongkol. Saya menghadap Pembimbing Akademik, setali tiga uang. Saya belum bertemu dengan salah satu penyusun kurikulum yang (kata Wadek I) sekarang sudah menjadi Wakil Rektor. Saya sudah SKEPTIS, apa saya akan mendapat jawaban yang jelas?
 Ironis. Apa salah ketika salah seorang mahasiswanya bertanya dan menganggap sesuatu ada yang salah? Tolong, lama-lama mulut saya pun terbungkam. Tapi, hati-hati, Jenderal. Diam bisa berarti bodoh. Atau malah sedang menyiapkan amunisi?


Saturday, March 1, 2008

Bjork, ke Jakarta Lagi, Dong..

 

12 Februari 2008, penyanyi Islandia yang eksentrik ini konser di Tennis Indoor, Jakarta. Indonesia adalah satu2nya negara di Asia Tenggara yang didatanginya, lho! Konser Volta Tour Bjork ini seperti biasa dikemas menjadi tontonan yang sangat menarik. Hahaha. Konyol bgt saya bisa bilang menarik.Padahal saya tidak menontonnya. Saya hanya bisa merengut saja ketika baca liputan konsernya di majalah2. Yang menjadi nilai plus, aksi teatrikal, kostum unik, dan peralatan musik yang canggih. Ah, seharusnya saya bisa masuk. Seharusnya... *tampang lemas*

P.S: Fotonya saya 'colong' dari dokumen kantor Sindo/Eko Purwanto. Hihihi..Fotonya bagus kok, Mas Akung..

Wednesday, February 27, 2008

Saatnya Merenovasi Moestopo

Kampus merah putihku itu memang mempunyai kisah yang panjang. Unsur sejarahnya pun masih melekat kuat pada bangunannya. Tapi, dilihat dari depan (apalagi belakang), Kampus Moestopo-ku  kok tidak ada indah-indahnya, ya?

Kampus Hang Lekir itu menjadi saksi bisu perjuangan pahlawan nasional RI, Moestopo. Pak Moes, begitu beliau akrab disapa, meninggalkan banyak teladan demi jalan yang ia tempuh, salah satunya yakni pendidikan.

Berawal dari sekolah kedokteran gigi, Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama) itu telah menjelma menjadi universitas dengan mahasiswa yang banyak (dan ngetop) dengan empat Fakultas; Kedokteran Gigi, Sosial Politik, Ekonomi, dan Komunikasi.

Usia bangunannya pun berarti memang sudah tua. Ya iyalah. Bangunan walaupun benda mati, ia ‘hidup’ seperti makhluk hidup. Bagaimana tidak, bangunan berdiri di atas tanah, diisi manusia, disiram air, angin, dan diterpa hujan, yang lama kelamaan akan menua dan mengalami kerusakan layaknya manusia yang sudah renta.

Ya, Moestopo-ku itu juga sudah tua. Coba Anda berdiri di depan bangunan itu (awas, tertabrak kendaraan) dan amati baik-baik. Kita telaah satu per satu. Hmm, tak ada pohon atau penghijauan lain, cek. Billboard iklan perusak pemandangan, cek. Cat yang kusam, cek. Oh, silahkan masuk saja sedikit ke dalamnya. Sampah-sampah menghiasi lanskap bangunannya, cek. Toilet seperti neraka, cek. Coba ke belakang, Bapak Ibu. Ampun, kotornya!

Jika dibandingkan dengan gedung kampus swasta sebelah, jauh. Dari segi fasilitas saja sudah ketinggalan. Ibarat balap formula 1, sudah tertinggal beberapa lap, begitu. Dengan rumah Pak Moes ditengah-tengah, sedikit membuat bingung bagi yang pertama kali bertandang ke kampus ini.

Yah, sudahlah. Singkatnya gedungnya sudah jelek dan dalamnya juga. Perlu diberi sentuhan estetika dengan rancang bangun dan interior yang membuat Moestopo makin menggoda untuk dimasuki dan dijadikan tempat belajar (dan gaul) yang nyaman. Bagaimana caranya? Singkat saja. Pakai jasa arsitek dan desainer interior, dong, Bapak Ibu. Duh!

Orang sering mengira memanfaatkan jasa arsitek atau desainer interior itu mahal. Padahal, kita sebagai klien tak perlu sungkan berdiskusi soal bujet dengan para ahli itu. Lagipula, dengan hasil yang maksimal di tangan orang berpengalaman tentu akan mendapat kompensasi yang sebanding.

Utarakan bagaimana keinginan dan selera dari pihak Moestopo. Arsitek dan desainer akan mengolaborasi keinginan dan aspek-aspek desain yang harus diterapkan pada bangunan.

Oh, saya punya saran. Saya adalah penggemar bangunan klasik seperti gaya arsitektur art-deco. Kampus Moestopo akan terlihat unik dan historical dengan konsep arsitektur tersebut. Unsur sejarah tidak akan terhapus. Tapi, unsur modern juga tak ketinggalan.

Untuk gaya bangunan boleh saja art-deco. Namun, interiornya bisa simpel klasik dengan benda-benda hi-tech yang tetap memberi kesan ‘kampus modern’, begitu. Art-deco itu mudahnya bisa dilihat pada gedung-gedung peninggalan kolonial Belanda yang didominasi oleh warna putih sebagai warna dominan interior dan eksterior.

Saya paling semangat saat membahas warna. Hmm, warna hitam sepertinya masih berkesan ‘kering’. Merah dan putih? Maksa, ah. Begini saja, agar tidak monoton perpaduan warna-warna cerah yang soft seperti beige bisa dipilih karena akan berkesan melapangkan. Maklum, Moestopo ‘kan sempit.

Arsitektur lanskap Moestopo juga perlu dibenahi. Lahan hijau hanya sepersekian persen dari keseluruhan luas bangunan. Susah memang karena lahan kampus yang terbatas. Soal penghijauan, tanaman pot yang digantung bisa jadi solusi praktis. Asal tidak dirusak karena civitas akademika yang usil karena buang puntung rokok atau daunnya dicabut-cabut sebagai pelampiasan pacar yang nyebelin.

Satu hal yang penting, rumah Pak Moes harus tetap berada di situ. Tapi, terserah ya mau ikut direnovasi atau tidak. Keluarga alm. Moestopo-lah yang punya hak penuh atas rumah tersebut. Kalau urusan gedung kampus, urusannya berkaitan dengan mahasiswa juga yang sudah mengeluarkan biaya banyak tapi tidak sebanding dengan fasilitas yang didapatkan (curhat colongan).

Lantas, sekarang? Saya ikhlas jika saya lulus dan keluar dari Kampus Moestopo ini dengan sense of space yang sangat minim. Asalkan ketika sepuluh tahun lagi saya mengajak anak saya berkunjung ke kampus uminya, saya bisa bangga menceritakan bahwa kampus ini menyimpan sejuta kenangan manis.

Termasuk senyuman manis para pejabat tinggi kampus yang concern terhadap estetika bangunan tempat mereka berinteraksi sesama civitas akademika. Yah, daripada uang mahal yang sudah saya bayar masuk ke kantong mereka tanpa memperhatikan ambience kampusnya.

*Selamat untuk Drs. H. Sunarto, M.Si yang telah menjabat sebagai Rektor Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama).

Saturday, January 26, 2008

Wisata Cap Go Meh by Komunitas Jelajah Budaya




Komunitas Jelajah Budaya mengadakan acara Wisata Cap Go Meh di Kota. Pokoknya keliling Chinatown di jakarta dah. Gw pergi sama Kiki dan Opi. Seru juga liat pawai dan kuil2 yang masih Cina banget! Budaya Indonesia ternyata memang sangat kaya. Terlepas dari unsur SARA, mereka (warga Tionghoa) berhak hidup damai dan tenang menjalankan kepercayaan dan kebudayaannya

Wednesday, January 2, 2008

Kobongan di Senen




Jakarta (24/12) - Bangunan ruko yang menjadi kantor salah satu RW di bilangan Terminal Senen terbakar akibat korsleting listrik ruko sebelah kantor RW. Tak ada korban jiwa dan saya tidak mencari tahu berapa kerugian akibat kebakaran tersebut. Petugas pemadam mampu memadamkan api hanya dalam waktu satu jam. Hal ini disebabkan warga cepat ambil tindakan dengan segera menghubungi pemadam pada saat api belum menjalar ke ruko sebelahnya,