Wednesday, April 23, 2008

JIBRIL DAN ADEL

Ruang NCU/ICU

Jibril :
Adel, tidakkah kamu memperhitungkan bahwa kamu akan bertemu denganNya?

Adel:
Aku khilaf..

Jibril:
Bukankah Allah telah memberikan kepadamu usia muda? Bagaimana kamu menggunakannya? Bukankah Allah telah memberimu umur panjang? Bagaimana kamu menghabiskannya? Tidakkah Allah telah menganugerahimu kekayaan? Untuk apa kamu membelanjakannya? Bukankah Allah telah memuliakanmu dengan ilmu pengetahuan? Apa yang kamu kerjakan dengan ilmu yang ada pada dirimu?

Adel:
Ampuni hamba...

Jibril:
Tidakkah kamu malu terhadapNya? Kamu sengaja melakukan perbuatan buruk di depanNya tapi justru merasa sungkan kepada makhluk ciptaanNya dengan menonjolkan kebaikan di depan mereka? Apa menurutmu Dia lebih rendah daripada hambaNya? Bukankah Dia yang memberi anugerah padaMu? Apa yang membuatmu berpaling dariNya? Apa kamu tak mengira kalau Dia mengawasimu? Dan bahwa kamu tak dibawa kehadapanNya?

Adel:
Demi Allah yang jiwaku berada ditanganMu, mohon ampuni hamba..

Aku tersadar. Mataku sudah basah. Keluarga dan temanku mengelilingi tempat tidurku. Jahitan di kepalaku yang botak. Jarum dan selang infus menembus kulit. Mesin detak jantung berbunyi. Nafas yang sesak. Dinginnya ruangan. Aku menengok ke kanan. Matahari masih bersinar. Aku melihat ke kiri. Perempuan tidur dengan tabung oksigen dan mesin pencuci darah. Aku menatap ke atas. Apa yang terjadi. Aku harus hidup. Ibu menaikkan selimut ke dada. Aku kembali tidur. Valium mengalir dalam darah. Aku terima ikhlas kuasa absolut Tuhan. Tapi, saat ini, Tuhan, aku ingin bisa tetap hidup.



No comments:

Post a Comment