Meryllea in the Sky
The Unspoken Things
Friday, March 31, 2017
To-Be-(More)-Courageous Survivor!
I saw a sign. Ada kejadian berulang. Entah ini sebuah tanda atau apa. Tahun 2007, akhir Januari saat saya dirawat inap karena demam berdarah, sempat terbersit di kepala saya ini, DB bisa membuat saya mati jika telat diobati. Tapi, kewaspadaan itu hanya sebentar saja. Tiga bulan kemudian, kecelakaan lalu lintas membuat saya 6 bulan harus berada di rumah dan cuti kuliah. Disaat waras, saya pikir saya diberi kesempatan hidup kedua oleh AllahSWT. Disaat otak saya miring (Hehehe..), air mata saya berderai-derai saat mau tidur dan saat sembahyang.
Etapi, memang Allah itu Maha Bercanda, ya. Setelah masa tenang saya memasuki usia 20-an, saya seperti diberikan "jalan terbaik". Sepuluh tahun kemarin merupakan usia 20-an yang sangat berkesan. Tidak selalu diatas, tidak juga dibawah terus. Tapi, ada banyaaaaak sekali pembelajaran yang membuat saya bergumam, "Ooohh, ini tho maksud-mu Gusti Allah," Sambil senyam senyum sendiri.
Satu dekade sudah berlalu. Di ulang tahun saya yang ke-30 ini, ternyata saya sakit. Demam naik turun, badan lelah luar biasa, sesekali batuk kering,dan nyeri dada sebelah kanan, terutama saat tidur menghadap kanan. Bolak-balik rawat jalan, obat yang diberikan tidak mempan, akhirnya saya dipaksa suami untuk hospitalized. Dokter observasi khususnya di bagian dada yang diduga menjadi keluhan utama. Foto thorax, tes mantoux, tes dahak, cek darah, cek USG, akhirnya saya ditangani dokter paru dan disarankan untuk sedot cairan yang memenuhi pleura sebelah kanan. Dikira cairannya hanya 500 ml, ternyata pas disedot mencapai 1.2 L. Takjub juga sih, kok gak berasa gitu ya, di badan? Sampai saya keluar RS, dokter paru belum final memvonis saya TB, walaupun 90% mengarah ke penyakit itu. Meski tes mantoux negatif, ya. Lima hari nginep di RS dan keluar hari Senin, Jumatnya saya diminta untuk kontrol pertama dengan membawa semua hasil lab dan radiologi selama saya diopname.
Yak, Sodara- sodara, ternyata betul sekali prediksi dokternya. Saya ingat betul, 10 Februari 2017, saya officially mengidap TB 😊. Analisis cairan pleura yang menguatkan perkataan dokter karena ada bakteri TB yang hidup di cairan tersebut. Seems like.... well, okay, hmm.. any better? Hehehee.. Alhamdulillah, TB saya ada di pleura dan tidak menyebabkan menular. Asal saya bersedia diterapi selama 9 bulan dan tidak putus obat. Dan saya baru tahu, pengobatan TB itu gratis, tis, di luar suplemen, ya. Saya sempat cari second opinion dengan membawa rekam medis. Pernyataan dokter kedua senada. TB. Okay, then! The show must go on, Dear!
Otak miring saya kambuh lagi. Gimana dengan program hamil saya? Kalau melamar kerja dan MCU, sudah pasti ga diterima, terus piye? Terus, lanjut biaya recovery kalau saya resign kerja gimana? Gimana stigma orang-orang sekeliling sama penderita TB? Karena aku berkaca pada diriku sendiri yang punya persepsi lain terhadap mereka (hikkss.. aku menyesal!). Makin tua, kok, makin gak karuan gini ya, mikirnyaaaa... Saya juga gak nyangka, perasaan saya makin sensitif sampai suami selalu jadi korban kelimbungan saya ini. Saya memutuskan untuk merahasiakan dulu penyakit saya ini kepada orang-orang terdekat, termasuk orangtua saya. Jadi, sekarang yang betul-betul tahu cerita saya sakit TB hanya suami, adik saya, dan dua orang di kantor. Tapi, dukungan suamilah yang paling.... hmm... stop aja deh, bisa-bisa saya mbrebes mili dan gak lanjut ngetik 😐
Hampir dua bulan ini, efek samping yang saya rasakan adalah sedikit mual, jantung berdebar-debar (hanya di minggu pertama minum obat), buang air besar jadi lebih lancar di pagi hari(untung tidak diare), dan rasa letih yang masih belum hilang. Saya berusaha untuk menjalani hidup seperti biasa. Sampai saya menulis ini, saya sudah seperti orang normal saja, kecuali selalu harus ingat bawa obat kemana-mana setiap hari dan rutin kontrol sesuai jadwal yang diberikan dokter.
Jujur, meski saya optimis penyakit saya ini akan sembuh dengan obat dan support dari suami, tapi secara mental dan psikologis, saya benar-benar limbung. Cemas dan stres yang sangat sangat sangat tinggi, seakan ini puncaknya, karena sampai lelah ke badan juga. Sebenarnya, saya kasihan sama suami saya dan menahan perasaan saya ini, tapi malah hanya ibarat menunggu gunung api meledak saja. Sebab, apapun bisa mengganggu pikiran dan hati saya.
Nyatanya, sabar saja gak cukup. Masih ada ikhlas yang sepertinya, kok, susah ya di tahap itu. Itu membuat saya kepingin nangis sendiri. Seringkali. Mungkin sekarang ini Allah mengajak saya "bercanda". Tapi. saya belum bisa tertawa. Time will heal the pain, ceunah. Saya yakin saya akan bisa tertawa atas candaan Tuhan ini.
Nanti.
Kalau saya udah ngerti.
Saturday, August 6, 2016
Keriuhan Dunia Maya: Ibu Bekerja dan Ibu Rumah Tangga
Semakin tua, semakin malas membaca buku, semakin malas menulis, semakin malas mencoba hal baru. Tidaaakkk!!! Padahal di era sekarang ini, makin banyak platform media sosial yang memfasilitasi saya untuk makin eksis. Ya, gak sih?
Disela-sela kesibukan bekerja, ada hal yang mengganggu lagi pikiran saya. Mengingat hidup saya seputar rumah, kantor, dan mal :-)) jadi hiburan saya yang lain adalah memantau Facebook, Instagram, dan Path. Sempat dalam suatu waktu, isu di linimasa Facebook atau di media sosial yang lain "memperdebatkan" Ibu Rumah Tangga versus Ibu Bekerja. Ataaauuu... di saat teman-teman saya sudah mulai memasuki hidup baru, bekerja, menikah, hamil, dan memutuskan untuk menjadi Stay-At-Home-Mom sembari melakukan part-time job yang tidak mengganggu kesibukannya mengurus anak dan suami.
Sebenarnya, saya menulis hal ini di blog berarti saya juga ikut dalam keriuhan penting gak penting itu. Tapi, tahukah Ibu-ibu diluar sana, bahwa dalam setiap hati Ibu Bekerja, mereka pasti adakalanya ingin hanya mendedikasikan hidupnya untuk keluarga yang setiap hari bisa menyambut anak mereka pulang sekolah. Demikian pula dengan para Ibu Rumah Tangga. Mereka juga butuh aktualisasi diri di luar rumah dan tak jarang diam-diam ingin bekerja di luar rumah.
Tapi, yang menjadi riuh adalah ketika ketidakpuasan mereka masing-masing ditumpahkan di media sosial. Yang jadi adalah terbagi dua kubu. Ya itu, Ibu Bekerja dan Ibu Rumah Tangga. Para Ibu Rumah Tangga mem-posting status atau foto yang menceritakan betapa mulianya menjadi Ibu dan Istri yang tidak menyia-nyiakan keluarga, tapi memiliki bisnis sampingan yang bisa dilakukan di rumah. Sisi lain, Ibu Bekerja dengan segala kemandiriannya membagi pengalaman bagaimana mereka juga berjuang kaki-di-kepala-kepala-di-kaki mengurus rumah sekaligus mengonsentrasikan pikiran dan tenaga di tempat kerja.
Dan, saya? Saya tidak tahu karena saya belum menjadi Ibu. Hahahaha.
Nah, keadaan diatas adalah satu dari sekian banyak keriuhan di media sosial yang menunjukkan bahwa kita masih belum dewasa menggunakannya. Mengunggah data-data pribadi, misalnya data lokasi rumah kita, sekolah, kantor, foto-foto anak, dan lainnya secara berlebihan, tentunya mengundang orang yang tidak bertanggung jawab melakukan hal-hal ngeri *knock-knock-on-wood* karena mereka jadi tahu hidup kita via dunia maya.
Apalagi curhat suami-istri di media sosial!!!
Over-shared, 'kan?
Atau dengan mudahnya orang-orang (baca: Indonesia) menghakimi satu sama lain hanya dengan apa yang mereka lihat dan baca di media sosial. What you see is not what you get, baby. Saya mencoba untuk pintar-pintar mengontrol diri berpikir dua kali sebelum mengunggah sesuatu. Apalagi, sekarang media sosial menjadi salah satu 'tempat' untuk mengecek calon karyawan. Gak mau 'kan kita ada masalah sama pekerjaan gara-gara kita terlalu buka-bukaan?
Udah. Segitu aja curhatnya. Mau nonton Devious Maids Season 4, dulu. Be happy as you are. But, you must know Google remembers all you posted.
Saturday, December 5, 2015
Saturday, July 4, 2015
So Flee to Allah SWT
Alhamdulillah! I am on the 4th Ramadhan as a wife and extremely grateful. I am still surrounded by beloved family, Papa, Mama, my sister, my complete family in law, and seeing they are healthy is all enough for me. So blessed.
Yet, something is keep tickling my mind, about to find unanswerable questions beyond my power as a human. I never lie to myself that i really really want to be trusted and imagine i could be a mom. But, i never thought a journey to conceive is such a looong way to go. It upsides me down and often makes me feel like i am the most pathetic woman in the world. I lost, lost by such "a damn competition that was created by such damn people". Even i do not understand why the competition must exists. When you are a married woman, you must able to be with a child. Then you are proud and publish it to all around the world. Tell me it is just an envy feeling because i can not do the same like any other young mothers. But, from the bottom of my heart, is that what i and my husband want? Pleasing anybody, showing everybody that we act like having a perfect picture.
Say i am offended by that situation. It is all because i have none. Probably i will do the same thing because if i were already a mom, i wouldn't never know what it feels like to wait longer for a baby. So, why bothered?
Until someday, i woke up by reading the wonderful post on someone's blog. Could not help my tears down. Knowing i was a bit angry about where i am now.
The post as follows:
http://www.dianonasis.com/2015/06/anak-itu-hak-allah.html?m=1
Such a relief yet at the same time so embarrassed i denied all His authority. His power. And His bless. Giving a child is His prerogative. I rejected that reality and was fighting with my inner voice about my "why". Why this, why that, why me, why him, why them, and why us.
Thank to the writer so i can remind myself that i still have time to prepare and to learn everything. And after this Dunya, Allah SWT grants us for Jannah. Surely i never hesitate His promise as long as i flee to Allah SWT. When i feel down again, i will talk to myself how tiny me, and my problems actually are. Hope my ego will always listen to my inner angel's voice 😊 Something big, is worth to wait. I learn from my past, seems that true. Allah SWT always by my side obviously.
Ciputat,
17th Ramadhan 1436 H.
Friday, February 6, 2015
Magical!
"I was taking pictures of some Orangutans and it started to rain. Just before I put my camera away, I saw this Orangutan take a banana leaf and put it on top on his head to protect himself from the rain! I immediately used my DSLR and telephoto lens to preserve this magic moment."
Photo by Andrew Suryono, Indonesia
Born free. Live free.
Hope they will always survive :-)
Monday, April 21, 2014
The Vow: Lebih dari Sekadar Sumpah
Sebenarnya, film ini sudah dirilis sekitar Februari 2012 lalu. Cerita berawal dari kehidupan pernikahan Paige (Rachel McAdams) dan Leo (Channing Tatum) yang sangat membahagiakan. Suatu ketika, Paige dan Leo mengalami kecelakaan lalu lintas. Paige mengalami cedera di kepalanya yang mengakibatkan ia lupa akan sebagian memori hidupnya di masa lampau. Gawatnya, ingatannya terhenti ketika ia mengambil sekolah hukum, bertunangan dengan Jeremy, dan masih akur dengan kedua orangtuanya. Paige sama sekali tidak ingat bahwa ia sudah menikah dengan Leo dan hidup sebagai seorang seniman patung yang sukses. Leo sangat terpukul, namun cintanya kepada Paige membuatnya terus berjuang agar Paige kembali mencintainya dengan sisa-sisa ingatannya yang masih ada.
Cerita ini terinspirasi oleh kisah nyata, dokumentasinya di sini. Awalnya saya mengira bahwa cinta tetap "diatur" oleh zat-zat kimia yang terpusat di otak. Paige dan Leo akan berpisah karena perlu pengorbanan besar untuk membantu Paige kembali ingat bahwa ia pernah mencintai suaminya. Tapi, semuanya lebih dari sekadar sumpah yang terucap di hari pernikahan. Sumpah itu yang membuat kita memilih untuk mencintai. Memilih untuk setia kepada satu orang, bagaimanapun bentuknya nanti, bagaimanapun hidup membawa nasib sebuah pernikahan.
Setelah film Titanic dan P.S: I Love You, film ini menjadi salah satu film romantis saya sepanjang masa.
All i need is love. His love, from my beloved husband :)
Thursday, March 27, 2014
Perspective of Love All About
Tapi, kenyataan lain berbicara. Melihat orangtuaku tetap bersama sampai sekarang. Lebih dari seperempat abad. Ada pengertian lain tentang cinta yang indah sehingga membuat mereka terus hidup berdua. Cinta yang membuat mereka "tidak-punya-waktu-mempedulikan" perumpamaan negatif.
Selagi muda, gw berpikiran bahwa cinta itu punya wujud yang indah. Ngirim puisi saat rindu, ngasih boneka dan bunga saat hari jadi, nonton film di malam minggu, kecupan lembut di tengah hujan, genggaman tangan sepanjang jalan atau ratusan seremonial lain yang kita pelajari dari film-film dan novel-novel romantis.
Sekarang, gw bertambah tua dan mulai melihat dunia lebih luas. Pelan-pelan gw menyadari bahwa cinta gw semakin lengkap dengan kehadiran orang yang selalu ada bersama gue di setiap malam. Cinta adalah melihat setiap hari, suami gue selalu tampan seiring usianya yang bertambah pula. Cinta adalah menyanyi bersama lagu kesukaan diatas motor lalu mengubah lirik menjadi sekonyol mungkin, membuat kita tergelak berdua. Cinta adalah kekuatan, sama-sama menabung mewujudkan impian bersama. Saat dua hati memiliki persepsi yang berbeda namun selalu dapat saling mengerti dan mengoreksi.
Cinta memang hidup dalam kenyataan. Cinta dalam dongeng tercipta karena dongeng itu terbentuk dari pengalaman dunia nyata. Cinta itu indah, asal kita mau lihat pelangi setelah badai pergi.
Well, yeah, love is all about perspective. It is all up to you.
*image: Facebook
Thursday, March 20, 2014
Wish I Was There (Foo Fighters - Live at Hyde Park 2006)
Source: Youtube (Luciano Gargiulo)
Bukan penggemar fanatik Foo Fighters, tapi saya hanya suka lagu-lagunya dan tentu saja, The Frontman: Dave Grohl. Waktu semasa sekolah, kepingin punya cowok seperti Dave. Jenaka dan rocker.
Dan akhirnya............
Itu cuma impian :)
Wednesday, December 11, 2013
Perempuan, Yang Selalu Menjadi Perhatian
Saturday, July 13, 2013
Seusai Reuni
Buka puasa kali pertama bersama teman-teman ex-workplace di minggu awal Ramadhan. Quite fun. Seperti biasa, menceritakan hal seputar pekerjaan dan kantor. Dari gosip teman-teman baru yang ajaib, turn-over perusahaan, sampai flashback kenapa resign. Ya. Rindu. Tapi, untuk kembali sepertinya tidak. Walau saya sering membandingkan bahwa di ex-workplace saya tersebut unggul dari beberapa aspek yang tidak saya temukan di dua perusahaan lain tempat saya bekerja. Yeah, klise :)
Berkecimpung di dunia recruitment dan HR mau tak mau membuat saya harus belajar (walau masih pelan-pelan) tentang people development. Hal simpel yang saya temukan adalah saya beruntung bekerja di perusahaan asing yang memiliki SOP taat (bahkan sangat taat prosedur) ketika saya baru menyandang status fresh graduate. Kita jadi memperoleh bekal akan kesiapan kita jika harus beradaptasi di lingkungan baru. Ya, karena tempaan itu tadi, mengajarkan kita bagaimana menghadapi berbagai macam tipe orang, kerjaan yang setumpuk, dan tuntutan deadline yang sangat rigid.
Nah, perempuan dan karir itu dibilang sejalan, tidak juga. Dibilang perempuan sekarang kudu mandiri, memang iya. Semuanya lagi-lagi dikembalikan ke masing-masing individu. Ketika masih single, tentu career objective saya berbeda dengan status saya kini. Sekarang, saya lebih memilih tempat bekerja yang sekiranya bisa memberikan saya balancing life, antara rumah, kantor, dan bergaul dengan teman-teman. Tapi ngomong-ngomong, saya merasa tidak nyaman jika ibu muda yang sudah berumah tangga dan memiliki anak, tapi sering mengeluhkan sesuatu di akun media sosialnya. Begitu pula, dengan ibu muda bekerja yang melakukan hal serupa. Yah, gak masalah, sih. Toh, saya cuma bisa komen saja di blog space. Hihihihi.
Have a good day, Ladies!
Thursday, May 2, 2013
Pantun Warna Warni DecorativeJI
Nyasar sampe ke Kuba
Sekarang Jotun punya mobile app
Jadi penasaran pengen coba
Tak ragu klik fiturnya semua
Ada si pinguin menyapa
Pengunjung nikmati layanannya
![]() |
Opening screen |
Beli jip tua dari pak haji
Bayarnya nyicil dari rekening suami istri
Punya app DecorativeJI
Mau info soal interior praktis tinggal gerak jari
![]() |
Homepage |
![]() |
Info menarik seputar artikel interior dan event |
Terang bulan nyala obor
Paling suka fitur Let's Colour
Berimajinasi dandani rumah saya dan suami
![]() |
Let's Colour |
Hujan rintik bunga kamboja
Terhampar sabana nan rupawan
Utak-atik asyik main warna
Belajar padu padan hunian impian
Panggil ojek langganan Bang Japri
Coba jepret foto buat menu Gallery
Nanti bakalan ketagihan sendiri
![]() |
Foto interior atau eksterior? Terserah anda! |
Senin nonton layar tancep
Filmnya senang sedih campur aduk
Lihat desain interior cakep
Sekalian dapat info Jotun punya produk
![]() |
Salah satu produk Jotun |
![]() |
Fengshui |
Dekor hunian makin pas ada fengshui
Fengshui dari Jotun bisa tuh jadi referensi
Kue apem minumnya teh tarik
Dibungkus plastik pake karet
Ada game-nya juga asik
Grafisnya teteup... warna-warni cat
Jangan lupa tiap Rabu olahraga
Banyakin variasi warnanya, dong
Biar makin puas nge-klik coba-coba warna
Kain katun canting batik
Dear, Tim Jotun yang baik,
Ke rumah saya, yuk, kita ngecat bareng :)
Monday, April 8, 2013
The Unanswerable Questions
Mengapa Tuhan menciptakan manusia penuh nafsu? Hingga akhirnya ia tenggelam dalam kemarahannya, ketidakpuasannya, ketinggihatiannya.
Mengapa Tuhan menciptakan hati manusia begitu rapuh? Yang bengkok jika diluruskan, yang patah jika dibengkokkan.
Mengapa Tuhan menciptakan masa depan manusia penuh rahasia? Bisa saja membuat manusia tersesat, padahal ia sedang mencari benarnya arah.
Dan, mengapa Tuhan menciptakan air yang bisa menetes keluar mata?
Padahal menangis itu hanya membuat lelah. Sementara, manusia tetap tak punya apa-apa.