Sunday, February 28, 2010

LoveFool

 

Iseng saya buka arsip2 lama untuk membereskan rak buku yang sudah berantakan banget.Eh, terselip kertas kecil ini yang ternyata..Olalaa...tak menyangka saya pernah buat puisi semacam ini!!!

Hmm....kalau diingat-ingat, sepertinya saya menulisnya saat boring di dalam kelas (karena saya menulisnya di kertas file). LOveFoOL!

Jika Malam Nanti Ia Kembali

Akan ku katakan padanya
Betapa hidup bisa begitu menggetirkan
Bahwa hanya kabar tentangnyalah
Yang bisa menggetarkan
Semburat senja bagiku seperti gula-gula berwarna jingga
Karena pertanda malam akan tiba
Dan aku akan melihat dia...
Akan kukatakan padanya
Bahwa rindu tak jauh beda menyiksa

Saturday, February 27, 2010

The Naked Traveler

http://naked-traveler.com/
one of my favorite books and i am jealous on her coz she's got my dream job already: travel writer :) Very recommended!

Friday, February 26, 2010

Back To School (Yiippiiieee...!)

Di kelas Metode Penelitian Kuantitatif bersama Ir. Enisar Sangun, Ph.D




Di bawah ini saat kuliah pengganti Statistik Dalam Penelitian Sosial bersama Dr. Mei Darmawiredja
Kalau dibawah ini memang pada dasarnya kita2 narsis semua (heheee...)
"Kuliah lagi nih ceritanya?"
Ya. Back to school adalah judul yang tepat dalam hidup saya mulai Oktober 2009. Setelah berdiskusi dengan keluarga dan orang terdekat saya, akhirnya saya membulatkan tekad untuk berkomitmen belajar selama dua tahun ke depan menempuh gelar S2 di bidang ilmu komunikasi (again?? hahaaa..coz that is my core).

"Ga capek, lo, Del?"
Hmmm...tak perlu dijawab panjang lebar kali ya karena biasanya saya hanya tersenyum ketika seorang teman bertanya seperti itu. Saya anggap pertanyaan itu sebagai bentuk kepedulian mereka karena tanpa jawaban gamblang, pasti mereka sudah tahu kalau bekerja sambil kuliah itu benar2 menyita waktu, tenaga, dan pikiran.

"Emang kuliah dimana?"
Tercatat sebagai mahasiswa S2 Magister Ilmu Komunikasi Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama), Jakarta, tugas-tugas yang saya temui ternyata buuaannnyyaaaakk tenaann! Tapi untunglah banyak kolega yang membantu (heheee..thanks, Teman2!) dan dukungan dari keluarga dan pacar yang tiada duanya. Tentunya bos dan supervisor di kantor yang juga maklum kalau saya "kabur" duluan jam 5 teng!

"Susah enggak, sih?"
Segala macam rumor kalau lulusnya susah, tugas yang melimpah, tenaga dikuras seperti sapi perah, itu semua berusaha saya lihat sebagai tantangan. Untuk yang satu ini, saya terus belajar untuk mengatur syaraf2 di otak kalau semua badai pasti akan berlalu. *Tssaaaahhh...*

"Ngapain aja, Del?"
Kuliah seperti kuliah pada umumnya, tapi memang lebih banyak berkutat pada teori dan sudah lebih spesifik dan fokus mempersiapkan mau angkat penelitian (tesis) apa. Analisis kasus dan segudang paper pastinya siap menanti. Jedddeerrr! Masih belum punya ide nih mau angkat tentang permasalahan apa buat tesis. 

"Ada penjurusannya gak?"
Sama dengan S1-nya penjurusan nanti, ada jurnalistik, periklanan, dan humas (corporate PR). Tapi, saya kok lagi2 belum bisa memastikan penjurusan yang saya ambil apa yah *garuk-garuk kepala*

Sebagian pertanyaan yang sering dilontarkan para sahabat tersebut jadi semacam pengingat buat saya agar terus semangat belajar. Ga munafik sih, beasiswa yang saya dapat dari S1 sebelumnya jadi magnet terbesar agar saya bisa punya gelar master ini. Tapi, saya coba memandang lebih jauh karena saya yakin ilmu yang saya punya ini akan bermanfaat di kemudian hari, setidaknya untuk saya sendiri dulu.

Mentang-mentang S2, ga usah mikir bakal dapat gaji gede dulu kali yeee karena dari artikel pengembangan karyawan juga banyak menyebutkan kalau perusahaan kebanyakan lebih senang melihat track record dan pengalaman kerja si pelamar dibanding sekadar gelar S2. Makanya, saya juga jor-joran dan belajar untuk jadi lebih tangguh, terus bekerja sambil kuliah, pun belajar menguasai lingkup kerja, metodologi, mekanisme sistem (dan networking tentunya)

No pain no gain.




..............ngomong-ngomong, semoga semester 1 ini lulus deh ya (rada cemas juga nunggu hasil nilai semester awal
)


Friday, February 12, 2010

Ujung-ujungnya Dengan Bonek Juga!




Saya tidak suka sepakbola, namun saya tidak membenci sepakbola. Mau bangkit ya syukur, mau hancur ya sudah. Di garis keturunan keluarga (saya percaya dengan kehebatan DNA), tak ada pria ataupun wanita yang menggilai sepakbola. Tapi orang yang ada di foto atas itu, bola terus menggelinding di setiap fase hidupnya. Semua hal di dunia ini sampai zat atom alam semesta pun diasosiasikan dengan sepakbola. Ya, itulah hidupnya. His passion til the last forever...

Bicara soal passion, apa yah hal yang bikin saya tergila2? Saya tidak punya warna favorit, walau suka ungu, saya juga suka warna merah, hitam, indigo, tosca, fuschia. Soal musik, dari The Moffatts sampai Van Halen saya dengarkan. Dari Nunung cs sampai Dewi-dewi juga. Apalagi soal sepakbola. Nol besar kecuali istilah kiper yang saya tahu pasti artinya penjaga gawang

Maka, ketika saya membuka diri untuk mau mengenal dia, seperti kepala dan buntut. Beda! Oh ya, dia seorang propagandis sementara saya orang yang apatis. Dia dengan kadar emosi di atas rata-rata, saya dengan setelan emosi yang dibawah rata-rata. Dia yang sebal dengan perangai orang Jakarta, tapi hey! Saya lahir, besar, dan terdidik di antara orang-orang Jakarta.

Lucu. Dia bercita-cita ingin jadi pemain bola. Tak kesampaian, akhirnya menulis tentang bola. Ah, ya! Menulis. Aktivitas yang satu itu mungkin bisa jadi hal yang membuat kami berdua tersambung. Kami juga suka membaca. Saya menyukai orang yang menghargai orang lain seperti dia menghargai buku-buku miliknya. Satu lagi, dia menyebut dirinya Bonek, seorang pendukung Persebaya dan mencintai sepakbola negeri ini. Seperti prejudice pada para Bonek, ya, super rebel. Hahahaa, oh, Tuhan, saya seperti punya partner in crime yang bisa menantang dunia sama-sama. Tapi, bukan itu alasan utama kenapa saya menerima gandengan tangannya. Sampai sekarang, saya juga tidak tahu kenapa. Dipeletkah?


Cempaka Putih
12 Februari 2010
Menanti kabar seru dari Sydney