Di Indonesia, mungkin masih asing dengan loft, yaitu tempat tinggal 'mini' berupa loteng yang bisa menampung berbagai aktivitas pemiliknya. Sekilas mungkin tampak seperti apartemen, tapi loft biasanya berukuran jauh lebih kecil. Untuk memenuhi life style, loft mulai banyak dilirik oleh kaum berada di kota metropolis, khususnya eksekutif muda sampai kalangan artis yang menginginkan gaya hidup masa kini.
Aslinya, loft merupakan tempat tinggal 'buangan', karena tempatnya berupa loteng-loteng sempit. Loft dulunya sebagai tempat pelarian para seniman di Manhattan, karena mereka tidak memiliki tempat tinggal akibat tergusur kaum borjuis dan pabrik-pabrik yang menempati tanah mereka. Kemudian para seniman tersebut membangun tempat/ruangan berukuran kecil untuk memenuhi kegiatan mereka untuk tidur, makan, melukis, mandi, dan lainnya.
Loft mulai dikembangkan di Los Angeles pada 2001. Dimana adanya undang-undang yang memaksa penduduk untuk tinggal tidak berdekatan dengan pabrik maupun perkantoran. Hal inilah yang mempelopori para pengembang untuk mendirikan loft-loft baik yang murah sampai yang mahal sesuai kebutuhan.
Saat ini jumlah loft di Indonesia masih bisa dihitung. Mungkin sementara ini hanya ada di Jakarta. Dan jangan ditanya mengenai harganya. Kita harus merogoh kocek puluhan bahkan ratusan juta, bahkan ada pula loft yang harganya lebih mahal daripada membeli rumah beserta tanahnya.
Maklumlah, banyak orang yang lebih mengagungkan prestise dan manyampingkan materi. 'Loteng' yang harganya selangit itu biasanya diisi dengan furnitur yang lengkap, bahkan bisa diisi sesuai selera warna, tipe, maupun tekstur dari pemilik loft.
Tapi, lahan yang terbatas tak jadi halangan untuk memiliki rumah impian. Dengan kreatifitas dan usaha ekstra, home sweet home tetap dapat tercipta. Sumber:Kapanlagi.com ( http://www.kapanlagi.com/a/loft-of-my-life.html )
Loft mulai dikembangkan di Los Angeles pada 2001. Dimana adanya undang-undang yang memaksa penduduk untuk tinggal tidak berdekatan dengan pabrik maupun perkantoran. Hal inilah yang mempelopori para pengembang untuk mendirikan loft-loft baik yang murah sampai yang mahal sesuai kebutuhan.
Saat ini jumlah loft di Indonesia masih bisa dihitung. Mungkin sementara ini hanya ada di Jakarta. Dan jangan ditanya mengenai harganya. Kita harus merogoh kocek puluhan bahkan ratusan juta, bahkan ada pula loft yang harganya lebih mahal daripada membeli rumah beserta tanahnya.
Maklumlah, banyak orang yang lebih mengagungkan prestise dan manyampingkan materi. 'Loteng' yang harganya selangit itu biasanya diisi dengan furnitur yang lengkap, bahkan bisa diisi sesuai selera warna, tipe, maupun tekstur dari pemilik loft.
Tapi, lahan yang terbatas tak jadi halangan untuk memiliki rumah impian. Dengan kreatifitas dan usaha ekstra, home sweet home tetap dapat tercipta. Sumber:Kapanlagi.com ( http://www.kapanlagi.com/a/loft-of-my-life.html )
Setelah punya rumah, apa cita-citamu? Kecil saja: ingin bisa sampai di rumah saat senja supaya saya dan senja sempat minum teh bersama di depan jendela. - Joko Pinurbo
Tips:
- Pilih furnitur yang simpel, tak banyak pernik, dan ukuran midi (sedang).
- Salah satu dinding dapat dilapisi kaca yang mampu memberi kesan luas pada ruangan
- Perabot seperti lemari atau rak, pilihlah yang 'built in'
- Beri aksentuasi warna cerah pada bantal sofa, lukisan, atau bentuk furnitur yang bergaris dinamis dan modern
- Aksentuasi cukup pada 1-2 item di satu ruangan untuk pusat perhatian
Gambar: hasil googling dan dokumentasi stephendavid
cool writing
ReplyDeleteaku sadur dari kapanlagi.com ttg artikel loft design kok mas timmy... udah lama ga nulis ttg interior/eksterior...
ReplyDelete(sstt..skalian desain ini model interior impian saya..heheee...)
mas Timmy sedang sibuk proyek apa skrg?