Sunday, April 7, 2013

Madre The Movie: Smells Like Vintage Spirit

Akhir Maret lalu, saya menonton film Madre bersama suami. Film yang diambil dari cerita novel karya Dee ini menjadi pilihan karena kata Mase, setting-nya bagus. Saya pun manut saja, tak ada beban karena saya juga belum pernah membaca novel tersebut. Malah, (teganya) expectation saya rendah mengingat film Perahu Kertas yang dinilai 'garing' dari review Leila S. Chudori-nya Tempo dan Herita Endriana (Chudorinya Koran Sindo, ehehehehe...).

Tapi, ternyata lokasi setting sebagian besar diambil di Braga (one of my fave spots in Bandung). Ulalala.... dan art-nya keren sekali! Sayang, saya melewati siapa Art Director saat pemunculan credit title. Rasanya kepingin punya rumah kuno seperti itu, dengan atap yang tinggi, cat putih, dan gelas berukuran besar seperti dulu dimiliki eyang-eyang.


Karena saya hanya penonton film, saya hanya menikmati apa yang saya suka. Subyektif banget ya :) Sebagian besar art setting-nya dan wardrobe. Busana pemain itu penting! Memperkuat karakter atau malah mengaburkannya. Menurut saya, busana yang dikenakan Laura alias Meilani di film Madre sangat cantik. Sangat pas sebagai selera busana dari karakter Meilani yang classy, simpel, feminin, effortless. Dominasi warna pastel menjadi benang merah dari style-nya Meilani. Saya hanya mendapatkan dokumentasi-dokumentasi ini dari google, jadi tidak terlalu banyak untuk memamerkan apa yang saya maksud.




T-shirt yang dikenakan Vino juga keren kok. Efek lusuh bersablon nama-nama band menguatkan karakternya yang cuek tapi sentimentil sebagai Tansen. Meski film ini film drama ringan yang berdurasi hampir dua jam, tapi ada diatas ekspektasi saya. Ya, karena setting dan wardrobe-nya yang memanjakan mata saya.

Duh, duh...jadi pengen ke Braga lagi. Foto-foto gedung tua disana, art-deco favorit saya. Soal nama Tan de Bakker yang menjadi merek dagang toko roti di cerita ini, jadi ingat Tan Ek Tjoan. Sama-sama berawalan Tan, toko roti yang jadul, dan berlokasi di daerah historical. Yang satu di Braga - Bandung, yang satunya di Cikini - Jakarta.

Oh ya, satu yang bikin ilfil dengan Madre the Movie. Lagu soundtrack-nya. Salah satunya dinyanyikan Afgan. Kesannya maksaaaaa banget. Seharusnya OST. Madre itu dinyanyikan oleh Payung Teduh. Apalagi yang judulnya 'Angin Pujaan Hujan'. Pastinya akan tambah melengkapi spirit vintage dari mood latar film ini.
Kalau sudah dengar lagu dan menonton Madre, Anda setuju dengan pendapat saya, 'kan? :)

*Gara-gara nonton film ini juga, suami saya yang penggemar roti mendadak homesick berat kepingin roti kepuh. Roti yang berasal dari Desa Kepuh, Wonogiri, kampung halamannya. Bingung saya carinya dimana di Jakarta...


No comments:

Post a Comment