Sunday, December 6, 2009

Solusi JK


Rating:★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Hamid A
I miss books. Klasik ya, kalau saya bilang kesibukan kerja menyita waktu untuk sekadar membaca buku. Tapi, memang begitu kenyataannya, 'kan? Jadi, saya menguatkan diri untuk memborong buku, termasuk buku2 kuliah, buku2 fiksi, atau buku2 bermanfaat lainnya. Hhohooo..this activity always makes me guilty.

Sudah basa-basinya. Kita masuk ke penilaian saya pada buku ini. JK. Dua huruf yang kondang dan menyisakan kesan positif selepas menjadi wapres. Ingat media tv pernah menayangkan saat beliau bermain bersama cucu-cucunya di rumah saat lepas tugas jadi wapres? Bagi saya itu cukup menyentuh. Sosoknya yang tidak 'sok kuasa', tidak jaim (jaga image), dan penuh humor menjadi nilai plus tersendiri di mata publik.

Nah, segi positif JK dalam berpikir, bersikap, bertindak, menjadi inti dari isi buku ini. Terlepas dari keterbatasan beliau sebagai manusia, sisi positif siapapun bisa menjadi contoh tauladan. Jujur dari opini pribadi saya, saya angkat topi untuk kerja keras beliau. Terlahir dari keluarga Sulawesi Selatan dengan tipikal budaya yang khas, beliau membuktikan bahwa beliau mampu dan berusaha sebaik-baiknya menjadi seorang pemimpin.

Pemikirannya yang mencerminkan 'terbiasa terjun ke lapangan' memberi solusi tersendiri yang kadang terkesan ekstrem, tidak mainstream. Yang jelas, buku ini bisa jadi pelajaran yang baik bagaimana saat kita menjadi pemimpin dan memperlakukan orang lain dengan sebaik-baiknya tanpa memandang siapa dan dari keluarga mana orang itu berasal.

Sedikit menyoal Golkar disini, Papa saya pendukung Golkar. Pandangan politiknya mengarah ke pohon beringin itu sejak dulu sampai sekarang. Tapi, saya menyarankan Papa untuk jadi "fans" saja, tak usah "tercebur" langsung. Berada di luar lingkaran memudahkan kita untuk menjadi obyektif. Oke, balik ke topik. Termasuk ketika JK mencalonkan diri jadi presiden, tanpa ragu Papa saya mencontreng wajah JK. Juga keluarga Kalla ternyata mendapat tempat tersendiri di hati Papa saya. Dan beliau antusias saat saya membeli buku ini dan kapan-kapan ingin ikut membaca juga.

Tapi, maaf ya, Pa, belum selesai aku baca sampai sekarang, hihihii....

4 comments: