Memang saya sudah kuliah dan sebentar lagi akan lulus

(amin, amin, amin….!!!). Tapi, jelas hal ini mencuri perhatian saya karena saya pernah menjadi anak sekolah dan adik saya pun sekarang masih usia sekolah. Kalau dalam keilmuan yang saya pelajari, saya dan persoalan ini memiliki “proximity” (kedekatan).
Sebut saja, macet. Banjir. Kriminalitas. Urbanisasi. Pemerintah DKI memang punya banyak PR yang harus segera dikerjakan dan dibenahi. Salah satu “kerjaan” mereka ya ini, anak-anak sekolah jadi uji coba untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Lhaaa…, kok anak sekolah yang kena getahnya? Sekarang, panjang jalanan Jakarta sudah terdesak oleh berbagai kendaraan bermotor. Lucu. Anak sekolah yang harus mau digeser jam sekolahnya lebih pagi oleh pemerintah.
Sudah dua minggu uji coba peraturan dijalankan. Eh, tapi, apa masih jadi uji coba? Sampai kapan? Anggap saja sudah diberlakukan tetap. Tapi, apa kabar macet? Bisa kita lihat sendiri dan tentu saja peraturan ini buang-buang tenaga dan sama aja memble-nya.
Jumlah anak sekolah hanya sekian persen dibanding jumlah pekerja kantoran dan pengguna lalu-lintas lainnya. Ibu-ibu (dan supir kalau punya supir pribadi) harus bangun lebih pagi dan waktu belajar anak-anak jadi kepagian.
Kenapa pajak kendaraan bermotor tidak dinaikkan? Kenapa transportasi massal tidak diperbaiki fasilitas dan pelayanannya SECARA TOTAL sehingga aman dan nyaman (kadang bis-bis kota tidak memanusiakan manusia)? Kenapa jalanan yang rusak tidak segera diperbaiki? Kenapa uji emisi kendaraan bermotor tidak diterapkan SECARA TOTAL? Sayang, kita harus telan bulat-bulat “kenapa” itu.
No comments:
Post a Comment