Monday, September 1, 2008

Petualangan Phonebook Menjelang Ramadhan

Ah, terlena dengan urusan pribadi masing-masing sampai saya hanya bisa bercengkerama via ponsel dengan kerabat menyambut bulan nan agung. Jempol saya lembur membaca pesan-pesan pendek di ponsel dari teman-teman yang mengucapkan selamat berpuasa dan memohon maaf agar lebih plong beribadah di Ramadhan. Dari kalimat pesan yang lucu, formal, sampai ada yang terkesan ‘garing’ diterima ponsel low-end milik saya.

 Tapi bagi saya tak peduli bagaimana kalimat yang dirangkai karena sebagian besar kalimatnya serupa. Siapa pengirimnyalah yang saya perhatikan. Walau nomor-nomor tujuan sudah terprogram semua di ponsel sehingga bisa saja teman saya itu hanya perlu menekan tombol ‘Select All’ setelah mengetik pesan (jadi terasa kurang intim ‘kan?).

 Ini yang membuat saya perhitungan ketika mengirim pesan ucapan selamat berpuasa atau selamat berlebaran karena saya tidak mau menekan tombol ‘Select All’ di daftar nomor tujuan. Pun niat saya mengirim SMS menjelang bulan puasa sesungguhnya adalah menjaga silaturahim dan bersyukur kita semua masih panjang umur. 

Saya sudah bertahun-tahun tidak ketemu si Anu ketika melihat namanya tertera di ‘Phonebook’. Apa matching kalau saya menyampaikan pesan; Marhaban-ya-Ramadhan-Mohon-Maaf-Lahir-Batin? Terakhir kali saya kirim SMS serupa dua tahun lalu. Selama ini kami sudah lama banget tak berhubungan meski kami bersahabat. Ehm, kalau begitu saya harus memutar otak untuk merangkai kalimat yang pas tapi tidak biasa dengan makna pesan; silaturahmi harus tetap terjaga meski hanya lewat ponsel dan setahun sekali saya kirim pesan pendek padanya. Intinya, saya masih ingat padanya dan saya harap dia masih mengingat saya.
Ketika saya melihat daftar si Fulan. Jempol saya tertahan lagi. Dia sudah tidak care dengan saya. Dia pun kerjanya kurang becus yang bikin kerjaan saya ikutan berantakan. Lagipula jabatan dan usia saya diatasnya. Kenapa saya yang SMS duluan? *Istigfar* Apa harus begitu juga saya memperlakukan manusia seperti mereka yang apatis? Dengan legowo saya kirim SMS padanya karena saya tidak seperti si Fulan itu.
Sekarang, mata saya terhenti pada sosok nama yang melegenda di hati. “Film-hitam-putih” terputar kembali dalam benak. Timbul sentimentil rasa rindu dan ingin menyampaikan pesan lebih dari sekadar ucapan selamat berpuasa setelah sekian lama terputus kontak.

 Asslm. Mas, apa kabar? Selamat berpuasa ya.   - Ah, biasa.
 Mas, masih ingat aku tak? Ini adelia. Masa lupa, sih? Kita kan mau puasa..  -Idih, genit amat.
 Asslm. Marhaban Ya Ramadhan. Semoga ridho Allah selalu menyertai kita. Bgmn kabar? Sekarang berdomisili dmn? Adelia.  -Yah, okelah, whatever. Send.
 Wlkmslm. Alhmdullh. Sama2. Saya di Bontang sekarang. Maaf, ini adelia mana, ya? Tahu nomor ini darimana?

 Oh! Jempol saya kaku. Ternyata saya belum siap dilupakan.
 
#Selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga kita semua menjadi pemenang di jalan Allah. Amin.

2 comments:

  1. Ih agak nyesek juga ya del...
    Tapi gapapa.
    Selamat berpuasa juga ya.
    Ini ada yang mau ngucapin juga..

    http://s466.photobucket.com/albums/rr26/belutmaut/?action=view&current=image0011.jpg

    hehehe..
    Jangan ditanggapi serius..

    ReplyDelete
  2. hahaha...ketauan deh gara2 lo kirim link URL itu.. =P gimana kabar perkuliahan?

    ReplyDelete