Tuesday, July 15, 2008

Black Interview


Rating:★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Andre Syahreza
Judul : Black Interview
Penulis : Andre Syahreza
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 240 halaman


Jakarta dengan segala problema dan kisah manisnya. Jakarta dengan segala atribut harapan dan simbol metropolitan dalam kemajuan zaman. Jakarta dengan segala aneka rupa dan karakteristik yang memberi sejuta warna. Seribu anekdot, pujian, dan kritik tentang Jakarta berpadu menghasilkan karya yang dituang dalam bentuk seni. Baik itu berupa sastra, lukisan, film, lagu, ataupun grafis.

Jakarta telah menginspirasikan banyak orang untuk menulis lika-liku dinamikanya. Ada banyak buku yang mengisahkan kehidupan masyarakat Jakarta yang tak pernah habis cerita. Tengok saja di jajaran rak toko-toko buku ternama. Karya kontroversial milik Moammar Emka menjadi salah satu yang mencuri perhatian masyarakat. Emka membeberkan kehidupan seks Jakarta”. Bukunya laris manis sampai terbit hingga beberapa edisi. Pun Seno Gumira Ajidarma (SGA) dengan “Affair”-nya menjadikan kota Jakarta sebagai inti isi karyanya.

Andre Syahreza, jurnalis yang matanya juga sangat terbuka lebar terhadap kisah manis getirnya Jakarta. Setelah mengumpulkan laporan jurnalistiknya menjadi sebuah buku The Innocent Rebel : Sisi Aneh Orang Jakarta (GagasMedia, 2006), pria ini kembali mengemas kisah kota kelahirannya dengan sudut pandang yang tentunya berbeda. Black Interview menjadi salah satu karyanya yang -boleh dibilang- lebih “bandel”.

Black Interview merupakan nama rubrik di majalah djakarta! sejak edisi ke-48 ketika djakarta! masih berbentuk majalah bulanan (hal. viii). Seperti dalam chapter “Classical Black” yang berisi wawancara imajiner dengan tokoh-tokoh bikinan Andre. Kemudian, Black Interview ini mengalami perubahan konsep di edisi 84 dengan menekankan setting waktu dan “terungkap” bagaimana keadaan Jakarta satu abad mendatang.

Memang bukan seluruhnya interview yang bisa ditemukan di buku ini. Pun bukan hasil ramalan Andre. Penyebab semua kisah Jakarta pada seratus tahun kemudian merupakan kebalikan dari logika-logika yang sedang terjadi kini. Apa yang bisa kita lihat sama-sama dari jakarte kite sekarang? Macetnya, penduduk padatnya, gubernurnya, budaya konsumerismenya, menjadi beberapa topik dari sekian banyak gambaran kehidupan Jakarta.

Jangan harap pembaca dapat menemukan wajah Jakarta yang cantik seratus tahun mendatang. Yang ada hanyalah orang gila, gubernur yang goblok, kota yang berbahaya, dan serangkaian hitamnya Jakarta yang membuat kita berpikir: jangan-jangan Andre juga ikutan gila. Cerita milik pria yang selama kurang lebih lima tahun sebagai editor-in-chief majalah djakarta! ini kental dengan aroma sarkastis. Andre mengklaim bukunya kali ini berkonsep baru, yakni black comedy - sindiran- dengan ending yang terkadang bikin gemas. “Manusia Bulan” dan “Danger Tour”, contohnya.

Membaca tulisan-tulisannya yang mirip cerpen, ada kekaguman terhadap cara Andre mengkonstruksi setting Jakarta dengan segala keanehan isi kotanya. Berpadu dengan tulisan yang dibuat layaknya penulisan berita, sepertinya kita akan “dipaksa” membuka halaman selanjutnya untuk ikut mereka-reka akan jadi apa Jakarta. Atau bisa jadi malahan sebaliknya. Kita jadi tidak kuat, muak, serta takut apa yang ditulis Andre ada benarnya juga. Semua tergantung interpretasi kita sebagai seorang pembaca. Toh, Andre punya hak untuk beropini ria.

Apakah keadaan Jakarta sekarang hanya akan mewarisi bobroknya Jakarta buat cucu-cicit kita nantinya? Banyak kalimat di buku ini sekilas membuat kita beranggapan bahwa Andre membenci Jakarta. Tapi, siapa tahu kalau jauh di alam bawah sadar Andre (juga kita) mencintai -dan justru SANGAT care dengan mengkritik- Jakarta?

-Rizky Adelia
Anggota aktif LPM Media Publica
Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama), Jakarta

2 comments:

  1. Emang terbitan baru kok mas timmy. Aku juga baru beli juni kmarin pas pesta buku di istora

    ReplyDelete