Apa yang anda lakukan setiap pagi kalau anda baru beraktivitas di siang hari? Kalau saya minum segelas air putih, menonton infotainment (senang lihat yang cakep-cakep, gregetan lihat betapa retoris dan diplomatisnya seleb menjawab pertanyaan), masih leha-leha di sofa sambil sarapan sereal, sampai akhirnya jarum jam menusuk-nusuk bokong saya agar lekas mandi lalu pergi beraktivitas.
Tapi, berhubung empat bulan ini saya harus off tiba-tiba dari seluruh kegiatan sehari-hari saya, jadi belakangan ini tidur saya tambah larut dan bangun tidur saya tambah siang setelah sembahyang sampai saya tidak pernah lagi mendengar suara penjual bubur berteriak di pagi buta. Emptiness syndrome (sindrom ruang kosong) dan berbagai sindrom-sindrom psikis lain yang harus saya nikmati tiap malam membuat pikiran saya sering kemana-mana. Sampai akhirnya, timbul kata-kata umpatan dan betapa payahnya kenyataan lalu saya sadar mungkin itu adalah bagian dari godaan syaitan yang membuat saya tidak mensyukuri nikmat hidup. Namun, satu hal ini, bukan karena godaan syaitan. Karena ini adalah salah satu introspeksi diri dan sok mengkritik keadaan lingkungan saya.
Adakah kampus yang ideal?
Ya. Adakah kampus yang ideal? Maaf. Ini hanya versi saya. Ketika kita bisa menikmati waktu kuliah dan merasakan sibuknya tugas-tugas laknat tapi (padahal) bisa memperkaya wawasan kita, dan MEMBAYAR MAHAL UNTUK PENDIDIKAN, tentu kita berharap lebih pada institusi pendidikan tempat kita menuntut nilai (HA! Yang penting lulus dapat nilai bagus katanya). Sekali lagi, saya hanya sok mengkritik karena terjebak dalam hegemoni petinggi yang sok benar 100%.
Versi ideal MENURUT SAYA:
- Dosen yang capable, credible, dan “bel-bel” lainnya. Kreatif, inovatif, kooperatif (tidak apa-apa tegas dan super disiplin tapi harus fair dan tidak egois)
- Saat keluar kelas dan pada jam istirahat, tak apa tidak punya kantin, tapi memang seharusnya ada kantin dengan makanan “bersih” dan tidak mahal (walau mahal itu relatif)
- Toilet yang ada tiga wastafel, kloset jongkok, pisah untuk laki dan perempuan, kaca, air kran, bersih pastinya!
- Buku di perpustakaan juga harus lengkap banget, pakai sistem komputer (disertai kartu yang ada foto kita dan PIN), dan pustakawan yang ramah tapi tegas. Oya, ada internet GRATIS dan ruang AC tentu
- Kalau ujian, pakai kartu yang ada foto pesertanya. Tidak perlu pakai sistem komputer segala. Manual tapi “jujur” tak apa.
- Komputernya Pentium 4, gigabyte yang besar, bisa on-line, ada daftar nilai dan sistem pembayaran kuliah yang bisa kita akses lewat internet dan ATM
- Laboratorium memang harus lengkap dan harus dimanfaatkan
- Ruang kelas AC? Jelas!
- Ikatan alumni yang solid
- TERAKHIR TAPI PENTING! Diperbolehkan cuti hamil & melahirkan, menerima izin untuk mengikuti seminar & workshop yang relevan di luar kampus (jadi absen masuk kelas tak membebani), dan kemudahan bagi mahasiswa yang tidak bisa kuliah dalam jangka waktu tertentu (karena sibuk kerja atau masih sakit dan harus dirawat). Jadi, mereka-mereka itu tidak menjadi mahasiswa marjinal. Mereka masih bisa mengikuti kuliah on-line via internet, mengumpulkan tugas via internet, dan berdiskusi dengan dosen juga via internet. Tidak ketinggalan pelajaran dong, pastinya walau tidak masuk kelas karena alasan yang rasional.
- BEASISWA DIMUDAHKAN BIROKRASINYA UNTUK MAHASISWA YANG TIDAK MAMPU SECARA FINANSIAL
- Semester pendek bisa untuk memperbaiki nilai dan atau mencuri waktu untuk beberapa mata kuliah di semester selanjutnya
- Birokrasi jelas tapi tidak menindas!
Tak usahlah ada parkir mobil. Kendaraan pribadi cuma bisa bikin macet dan polusi. Yang penting ada aula besar buat acara2 kampus seperti konser dan seminar ;)
Itulah top 13 kampus ideal nan simpel versi si penulis. Hmm.., mungkin nanti saya bisa jadi rektor ya biar tidak omong doang! Easier said than done. Tapi, yang paling esensial dan substansial adalah niat dan tekun dari mahasiswa itu sendiri dalam menjalani kuliah. Kuliah sekalipun di universitas unggulan, kalau orang itu malas-malasan, ya sami mawon!
Tapi, yang paling saya sesali adalah saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk teman-teman saya yang terpaksa tidak kuliah karena biaya padahal semangat untuk jadi sarjana masih ada (gelar masih menjadi momok dalam keluarga tertentu & untuk melamar kerja). Siapapun WNI berhak mendapat pengajaran dan pendidikan, YA KAN??? Satu pertanyaan yang selalu ada di kepala: ada apa dengan republik kita?
-Orang kalut yang hanya bisa menulis kegundahan hatinya
kayaknya judul yg pantes, benci tapi kepepet :D
ReplyDelete